Pengamat: Penghapusan Jurusan di SMA Bisa Hapus Stigma 'Anak IPA' dan 'Anak IPS'

"Kami berusaha memberikan pemahaman bahwa tidak ada lagi jurusan tetap, tetapi pilihan yang lebih fleksibel sesuai dengan minat dan bakat siswa," tambah Nurul.

Bernadette Sariyem
Kamis, 18 Juli 2024 | 18:05 WIB
Pengamat: Penghapusan Jurusan di SMA Bisa Hapus Stigma 'Anak IPA' dan 'Anak IPS'
ILUSTRASI Perbedaan anak IPA dan IPS [instagram]

SuaraMalang.id - Inovasi dalam dunia pendidikan terus berkembang, salah satunya adalah penerapan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) yang memungkinkan siswa SMA kelas 11 di SMAN 2 Kota Malang untuk memilih mata pelajaran sesuai dengan minat dan bakat mereka.

Pengamat pendidikan dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Dr. Trisakti Handayani MM, memberikan pandangannya mengenai pergeseran signifikan ini dalam sistem pendidikan nasional.

Menurut Dr. Trisakti, sistem penjurusan yang lama sering kali memicu disparitas dan ketidakpercayaan diri di kalangan siswa.

"Pendekatan lama yang membagi siswa ke jurusan IPA, IPS, atau Bahasa seringkali menimbulkan stigma. Misalnya, siswa IPS dianggap kurang dari IPA," ujarnya, Kamis (18/7/2024).

Baca Juga:Habis Pesta Miras Mau Curi Bebek, Pelajar SMA Dipukuli karena Maling Motor

Hal ini mendorong dukungannya terhadap penghapusan penjurusan tersebut, yang ia percayai akan meningkatkan kepercayaan diri siswa dan mengurangi kesenjangan.

Di SMAN 2 Kota Malang, sistem baru ini sudah mulai diterapkan. Wakil Kurikulum SMAN 2, Nurul Firdaus, menyampaikan bahwa siswa kini dapat memilih empat sampai lima mata pelajaran dari berbagai disiplin ilmu.

"Anak-anak bebas memilih mata pelajaran yang mereka minati, mulai dari IPA, IPS, hingga bahasa, tergantung pada metode yang digunakan sekolah," kata Nurul.

Sistem ini tidak hanya memberikan kebebasan dalam memilih mata pelajaran tetapi juga mempersiapkan siswa untuk studi lanjutan.

"Misalnya, jika seorang siswa berencana untuk studi kedokteran, mereka bisa memilih biologi; atau jika mereka ingin memperdalam pengetahuan di ekonomi, mereka bisa mengambil mapel ekonomi," jelas Nurul.

Baca Juga:Keluarga Tak Tahu Kehamilan Siswi Korban Pembunuhan di Jember: Pulang Sekolah Langsung Pulang

Penerapan IKM ini diikuti dengan sosialisasi yang intens kepada siswa dan orang tua, mengingat masih banyaknya persepsi yang harus diubah terkait sistem pendidikan lama.

"Kami berusaha memberikan pemahaman bahwa tidak ada lagi jurusan tetap, tetapi pilihan yang lebih fleksibel sesuai dengan minat dan bakat siswa," tambah Nurul.

Selain itu, SMAN 2 juga mengadakan sistem kelas bergerak, di mana siswa akan berpindah kelas berdasarkan mata pelajaran pilihan mereka, serupa dengan sistem yang dijalankan di perguruan tinggi.

Ini adalah langkah yang diharapkan dapat lebih mengoptimalkan sumber daya pengajar yang ada tanpa perlu menambah guru baru secara signifikan.

Penerapan kurikulum baru ini di SMAN 2 Kota Malang diharapkan tidak hanya meminimalisir kesenjangan di sekolah tetapi juga meningkatkan kesetaraan dalam pendidikan.

Inisiatif ini mendapat respons positif dan diharapkan dapat menginspirasi sekolah-sekolah lain untuk mengadopsi pendekatan yang serupa dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Kontributor : Elizabeth Yati

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini