Es di Atas Pasir: Fenomena Embun Upas Hiasi Bromo di Musim Kemarau

"Pengunjung disarankan untuk menggunakan pakaian dan jaket tebal, sarung tangan, kupluk, atau kerpus untuk menghindari hipotermia," ujar Septi.

Bernadette Sariyem
Senin, 15 Juli 2024 | 18:38 WIB
Es di Atas Pasir: Fenomena Embun Upas Hiasi Bromo di Musim Kemarau
Pengunjung melintas di hamparan pasir yang diselimuti empun upas di kawasan Gunung Bromo, Probolinggo, Jawa Timur, Minggu (30/6). ANTARA FOTO/Zabur Karuru

SuaraMalang.id - Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) sedang mengalami penurunan suhu udara yang ekstrem, menyebabkan munculnya fenomena embun es atau embun upas.

Fenomena alam yang menyerupai salju ini terjadi akibat suhu udara yang turun drastis di kawasan ini, khususnya saat memasuki musim kemarau.

Septi Eka Wardhani, Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar TNBTS, menjelaskan, "Embun upas ini muncul karena angin munson timur yang berembus dari Benua Australia menyebabkan udara di TNBTS menjadi sangat dingin, khususnya pada pagi hari sebelum matahari terbit sempurna dengan suhu antara 5 sampai 9 derajat celcius."

Fenomena ini biasanya hanya terjadi saat puncak musim kemarau yang menurut prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) akan berlangsung pada Juli dan Agustus tahun ini.

Baca Juga:Bukan Tornado! Ini Penjelasan Ilmiah Dibalik Pusaran Angin Dahsyat di Lautan Pasir Bromo

Embun upas ini memberikan pemandangan yang eksotis di kawasan lautan pasir Gunung Bromo, menambah daya tarik bagi pengunjung yang ingin menyaksikan keindahan alam yang unik ini.

Oleh karena kondisi cuaca yang ekstrem, Septi juga mengimbau para pengunjung untuk mempersiapkan pakaian yang memadai.

"Pengunjung disarankan untuk menggunakan pakaian dan jaket tebal, sarung tangan, kupluk, atau kerpus untuk menghindari hipotermia," ujar Septi.

Selain itu, pengunjung dengan kondisi kesehatan tertentu seperti asma harus mempersiapkan diri dengan lebih matang untuk menjaga kesehatan selama berkunjung ke TNBTS.

BMKG juga telah mengimbau kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah untuk mempersiapkan rencana antisipasi menghadapi dampak musim kemarau, termasuk risiko bencana kekeringan, kebakaran hutan, dan lahan serta kekurangan sumber air di beberapa wilayah.

Baca Juga:Akal Bulus Pria Pasuruan Rupadaksa Wanita Asal Malang, Ajak ke Bromo Tak Tahunya Belok ke Kebun

Kontributor : Elizabeth Yati

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini