SuaraMalang.id - Kota Malang, terkenal dengan udaranya yang sejuk dan pemandangan alam yang memukau, juga kaya akan keunikan budaya dan bahasa.
Salah satunya adalah penggunaan istilah-istilah atau slang lokal yang khas, yang hanya bisa dipahami sepenuhnya oleh Arek Malang, sebutan akrab untuk penduduk asli Malang.
Candak-candakan: Nama Samaran Penuh Makna
Sejak kecil, Arek Malang sering menggunakan istilah "candak-candakan" untuk menyapa teman, yang berarti memanggil teman dengan nama orang tuanya atau sebutan lain yang menunjukkan kedekatan atau kemiripan.
Baca Juga:Kasus DBD Meningkat Tajam di Kota Malang, Sejumlah RS Overkapasitas Pasien
Ini menunjukkan betapa dalamnya hubungan sosial dan kekeluargaan di kalangan masyarakat Malang.
Pi'i de Poeng: Ungkapan Bebas dari Urusan Orang Lain
Saat seseorang terlalu ikut campur dalam urusan pribadi, "pi’i de poeng!" menjadi kalimat penolakan yang elegan, menunjukkan keinginan untuk bebas dari nasehat atau kritik yang tidak diinginkan.
Ungkapan ini menunjukkan keunikan dalam berinteraksi sosial di Malang.
Kecelek Bolo Pitik: Kebanggaan Menipu dalam Kegembiraan
Baca Juga:Penjualan Meningkat, Warga Malang Selektif Tidak Beli Kurma Israel
Istilah "kecelek bolo pitik" sering digunakan saat seseorang berhasil menipu temannya dalam situasi yang lucu atau iseng.
Ini mencerminkan humor lokal dan cara Arek Malang merayakan kemenangan kecil dalam kehidupan sehari-hari.
Ote-ote: Tradisi Unik Bermain di Musim Hujan
Musim hujan di Malang identik dengan anak-anak yang bermain sepak bola sambil "ote-ote" atau bertelanjang dada.
Ini menunjukkan bagaimana alam dan cuaca berpengaruh dalam tradisi dan kebiasaan lokal.
Bahasa Walikan: Rahasia Komunikasi Masa Penjajahan
Bahasa walikan, kebanggaan Arek Malang, memiliki sejarah panjang sebagai alat komunikasi rahasia saat zaman penjajahan.
Meskipun sekarang menjadi populer di kalangan anak muda di berbagai daerah, bahasa walikan Malang tetap unik dengan aturannya yang tidak kaku.
Jancok: Kata Mutiara Bersejarah
Kata "jancok", sering diasosiasikan dengan Arek Malang, memiliki sejarah panjang yang berasal dari era penjajahan Jepang.
Ini menunjukkan bagaimana bahasa dan ungkapan dapat mengalami evolusi seiring waktu sambil tetap mempertahankan makna mendalam.
Dialek Khas: Tanda Identitas Arek Malang
Dialek khas Arek Malang, terutama penggunaan akhiran "a?" pada pertanyaan, menjadi ciri khas yang membedakan mereka saat berada di luar kota. Ini menunjukkan pentingnya bahasa dalam membentuk identitas kelompok.
Mokel: Tradisi Puasa dengan Sentuhan Humor
Istilah "mokel", yang berarti membatalkan puasa secara diam-diam, mencerminkan sisi humor dan kemanusiaan dalam menjalankan ibadah puasa di kalangan Arek Malang.
Kekayaan istilah lokal Arek Malang bukan hanya soal bahasa, tetapi juga cerminan dari budaya, sejarah, dan tradisi yang unik dan kaya.
Ini menunjukkan bagaimana identitas lokal dapat bertahan dan berkembang seiring waktu, menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Malang.
Kontributor : Elizabeth Yati