Setahun Tragedi Kanjuruhan: Kisah Pedih Mitha Maulidia Pamit Nonton Arema FC, Pulang Tinggal Nama

Minggu (1/10/2023), tepat setahun tragedi Kanjuruhan, mengenang kisah pedih Mitha Maulidia yang pulang hanya tinggal nama setelah menonton Arema FC.

Rauhanda Riyantama
Senin, 02 Oktober 2023 | 11:46 WIB
Setahun Tragedi Kanjuruhan: Kisah Pedih Mitha Maulidia Pamit Nonton Arema FC, Pulang Tinggal Nama
Siti Mardiyah (kiri) didampingi anak pertamanya Andik Kurniawan, memegang foto Mitha Maulidia yang meninggal dunia dalam peristiwa Tragedi Kanjuruhan, di kediamannya di Kota Malang, Jawa Timur. (ANTARA/Vicki Febrianto)

SuaraMalang.id - Tragedi Kanjuruhan tepat setahun berlalu pada Minggu (1/10/2023). Sebanyak 135 orang meregang nyawa usai nonton pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya.

Salah satu kisah yang paling menyayat hati datang dari sosok Mitha Maulidia. Dara cantik meninggal dunia dunia di usia 26 tahun akibat terjadi kericuhan antara aparat keamanan dan suporter.

Siti Mardiyah (55), sang ibu hingga kini masih menyimpan duka mendalam kepergian putri tercinta. Pamit nonton Arema FC, Mitha Maulidia pulang tinggal nama.

Melansir dari Antara, sejumlah foto Mitha Maulidia, tergantung di rumah sederhana yang berada di Jalan Ternate, Kelurahan Kasin, Kecamatan Klojen, Kota Malang, Jawa Timur, itu. Mitha dimakamkan pada Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kasin, yang tidak jauh dari kediamannya.

"Anak saya berada di Tribun 13. Saya tidak bisa bicara kalau di Kanjuruhan. Perasaan sakit, mencoba membayangkan apa yang terjadi terhadap anak saya," kata Kholifah, sapaan akrab Siti Mardiyah.

Rasa rindu seorang ibu pada anak perempuan satu-satunya itu, seringkali tidak terbendung. Derai air mata kini menghiasi hari-hari Kholifah, terlebih saat ia teringat sosok putri yang sehari-hari sering menghabiskan waktu bersama dirinya.

Kholifah pun menguatkan hati untuk berziarah ke makam anaknya yang kurang lebih berada 300 meter dari kediamannya. Dua kali dalam sehari, pagi dan sore, Kholifah mengobati rindu itu dengan menyisihkan waktu ke makam buah hatinya.

Hanya doa yang bisa ia panjatkan pada buah hati yang nyawanya terenggut pada peristiwa memilukan dalam sejarah sepak bola Indonesia. Sejarah yang akan selalu ia kenang, yang mengakibatkan hilangnya sosok berharga di dalam keluarga.

Dalam wawancara dengan sejumlah media di kediamannya, seringkali tatapan mata Kholifah masih kosong. Air mata juga tidak henti keluar dari mata perempuan berusia 55 tahun itu. Berusaha untuk ikhlas atas kehilangan yang sangat mendadak dan tidak terduga.

Satu tahun sejak ia harus menerima kenyataan bahwa buah hatinya telah berpulang, banyak hal yang berubah dalam kehidupannya. Nafsu makan menghilang, seiring rasa rindu yang terus mengingatkan ia pada sosok gadis yang terakhir berusia 26 tahun itu.

Tidak jarang juga ia tiba-tiba berlari ke pusara anaknya, saat kerinduan itu tidak tertahankan. Ia hanya bisa menangis di samping batu nisan yang menjadi penanda terakhir di mana anak kesayangannya itu dimakamkan.

Sosok Mitha Maulidia, bukan hanya sebagai anak yang dekat dengan orang tuanya. Bagi Kholifah, Mitha merupakan sahabat, teman sekaligus tempat ia bercerita dan berkeluh kesah atas apa yang ia rasakan di dalam hidup.

Sosok itu kini hanya tinggal nama yang abadi dalam kenangan. Kepergian Mitha yang mendadak, menorehkan luka dalam dan membekas di hati Kholifah. Ia mencoba ikhlas, meskipun dengan berat hati.

Hidupnya tak lagi sama. Tidak ada lagi senyum dari anak gadis kesayangannya itu. Hanya lantunan doa yang sama setiap hari, yang ia panjatkan kepada Pencipta untuk mengampuni dosa anaknya dan menempatkan ia di surga.

Hingga saat ini, Kholifah tidak mengetahui secara detail peristiwa yang merenggut nyawa anaknya itu. Ia menolak untuk mendapatkan cerita pilu itu dari keluarga yang pada malam kelabu itu bersama Mitha berada di Pintu 13 Stadion Kanjuruhan.

Detail cerita itu, tak sanggup ia dengarkan yang pada akhirnya bisa membuat pikirannya semakin kalut dan membayangkan apa yang menimpa anak gadisnya. Perasaan yang menyayat hati, juga masih menyelimutinya ketika harus berkunjung ke Stadion Kanjuruhan.

Saat ini, Kholifah perlahan masih berusaha bangkit atas peristiwa yang menyebabkan anak gadisnya itu meninggal dunia. Ia tidak berharap banyak atas keadilan kepada para pihak yang harus bertanggung jawab pada Tragedi Kanjuruhan.

"Biar Tuhan yang mengadili mereka," pungkas Kholifah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini