Ukraina Terima 5,5 Juta Tablet Anti Radiasi, Waspadai Kebocoran Nuklir

Ukraina ingin melindungi penduduknya dari kemungkinan paparan radiasi imbas konflik sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) terbesar di Eropa, Zaporizhzhia.

Abdul Aziz Mahrizal Ramadan
Rabu, 31 Agustus 2022 | 14:00 WIB
Ukraina Terima 5,5 Juta Tablet Anti Radiasi, Waspadai Kebocoran Nuklir
Ilustrasi radiasi nuklir di Ukraina. [Dan Meyers/Unsplash]

SuaraMalang.id - Ukraina menerima sebanyak 5,5 juta tablet kalium iodida dari Uni Eropa. Tablet itu mencegah manusia dari paparan radiasi nuklir.

Ukraina ingin melindungi penduduknya dari kemungkinan paparan radiasi imbas konflik sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) terbesar di Eropa, Zaporizhzhia. PLTN tersebut telah diduduki Rusia.

Kalium iodida adalah garam yodium nonradioaktif yang bisa membantu mencegah penyerapan yodium radioaktif oleh tiroid.

Para pejabat sudah membagikan pil itu di beberapa daerah yang bisa menghentikan penyerapan yodium radioaktif dalam tubuh manusia. Warga telah diberitahu hanya untuk mengambilnya jika benar-benar terjadi kebocoran radiasi.

Baca Juga:PLTN Ukraina Dihujani Peluru Artileri, Bencana Radiasi Nuklir Kian Mengancam

Sejauh ini, hanya orang-orang yang tinggal dalam jarak 50 kilometer (30 mil) dari PLTN  yang ditawarkan tablet kalium iodida itu. Tetapi Uni Eropa menyediakan Ukraina dengan lebih dari lima juta dosis yang akan didistribusikan lebih luas

PLTN Zaporizhzhia di Ukraina selatan itu diduduki Rusia segera setelah menginvasi Ukraina pada bulan Februari. Meski Rusia menduduki, namun staf Ukraina yang terus mengoperasikan PLTN itu.

Tentara Rusia telah menggunakannya sebagai pangkalan militer dan para pekerja sebenarnya ditahan di bawah todongan senjata .

Sementara pertempuran baru-baru ini di kawasan itu menyebabkan beberapa kerusakan pada pembangkit, sejauh ini belum ada peningkatan tingkat radiasi yang tercatat di daerah tersebut.

Namun demikian, para pejabat khawatir kerusakan lebih lanjut akan bisa menyebabkan kebocoran radiasi, yang bisa menyebar ke area yang luas.

Baca Juga:Pertamina Lakukan Efisiensi di Tengah Harga Minyak Dunia Naik, Sukses Hemat Rp 6 Triliun

Badan nuklir PBB, IAEA telah menuntut akses ke fasilitas itu selama beberapa bulan, dan sebuah tim juga telah tiba di Ukraina dengan harapan akhirnya diizinkan untuk memeriksa lokasi itu dalam beberapa hari mendatang.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini