Secara kasat mata, nilai gotong royong dalam keris adalah kerja sama antara pemesan dengan empu. Kemudian di lokasi penempaan, si empu tentu membutuhkan bantuan dari orang lain yang menangani perapian untuk memanaskan besi.
Dari sisi spiritual, ada gotong royong doa dan energi antara si pemegang keris saat ini dengan doa atau energi empu dan pemesan awal dalam sebuah keris.
Ini juga menunjukkan bahwa budaya gotong royong adalah nilai-nilai dasar yang sudah mendarah daging dari bangsa kita yang seharusnya terus digelorakan dalam berbagai sisi kehidupan berbangsa saat ini, termasuk dalam upaya bangkit dari berbagai dampak pandemi COVID-19.
Bagi orang Jawa, salah satu tuah dari sebilah keris adalah bala. Artinya kalau si pemegang keris melakukan perbuatan negatif, maka itu bertentangan dengan doa dari empu dan pemesan awal keris yang menginginkan kebaikan, khususnya dalam konteks ketuhanan.
Baca Juga:Viral Trik Gus Samsudin Terbongkar, Keris Petir yang Dipakai Ternyata Ada di E-commerce
Dengan demikian, posisi keris, selain sebagai sarana doa, juga menjadi pembimbing jalan hidup bagi pemiliknya agar tidak berbuat sesuatu yang melanggar. Maka, para pecinta keris juga menggunakan benda itu sebagai sarana menuju pribadi yang saleh. ANTARA