Peternak di Kota Malang 'Lemes', Sapi-sapinya yang Sehat dari PMK Tak Laku

Sementara itu, karena adanya wabah ini, sapi-sapinya yang masih sehat kebanyakan tidak laku.

Abdul Aziz Mahrizal Ramadan
Jum'at, 27 Mei 2022 | 09:00 WIB
Peternak di Kota Malang 'Lemes', Sapi-sapinya yang Sehat dari PMK Tak Laku
Sapi-sapi suspek PMK di kandang peternak Sanan, Kota Malang. [Suara.com/Bob Bimantara Leander]

SuaraMalang.id - Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Malang mencatat 150 ekor sapi terindikasi atau suspek Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Dispangtan melakukan penyuntikan vitamin dan juga antibiotik.

Dari 150 suspek itu, 124 sapi berada di kampung Sanan. Di salah satu kandang milik warga bernama Mulyono (56) terlihat petugas menyuntikan obat antibiotik, antinyeri, dan juga vitamin.

"Kami kasih antibiotik dan antinyeri dan vitamin serta yang menunjukan gejala sakit kami juga beri suplemen tambahan makanan pelengkap," kata Kabid Peternakan Dispangtan Kota Malang, Anton Pramujiono, Rabu (25/5/2022).

Anton juga menjelaskan, pemberian obat-obatan tersebut untuk mempercepat penyembuhan sapi-sapi yang suspek PMK.

Baca Juga:Kabar Baik, Sejumlah Hewan Terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku di Sumbar Dinyatakan Sembuh

"Mungkin kalau sudah tidak ada tingkat keparahan ya dua atau tiga hari membaik. Kalau parah dan belum membaik ya dua minggu atau paling lama satu bulan" ujarnya.

Untuk di kandang tersebut, terlihat dokter hewan menyuntikan ke sapi-sapi di bagian lehernya. Beberapa sapi menunjukan liurnya di hidung.

"Dan yang kami suntik ini yang suspek itu ada suara decakan khasnya itu. Tadi juga ada yang sudah pincang-pincang," ujarnya.

Penyebaran wabah tersebut, kata Anton, bisa terjadi diduga karena beberapa faktor.

"Bisa faktor manusia, juga dari kencingnya sapi atau kotorannya. Atau kuku yang luka itu bisa saja menular begitu dan udara," kata dia.

Baca Juga:Stok Sapi di Tanjungpinang Menipis: Hanya Tersisa 18 Ekor untuk 9 Hari ke Depan

Sementara itu, sapi-sapi di kandang milik Mulyono pun terlihat dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama terlihat tidak ada sekat atau jarak antara satu sapi dan sapi lainnya. Kandang kedua mulai ada jarak antara satu sapi dan sapi lainnya. Sementara yang terakhir kandang hanya diisi tiga sapi.

Mulyono menjelaskan, pemisahan kandang-kandang itu untuk menunjukan bahwa sapi mana yang sehat dan suspek PMK.

"Di kandang pertama itu yang banyak kebanyakan sehat-sehat semua. Terus yang di sini (kedua) itu yang suspek PMK awal kayak berliur begitu. Dan ketiga udah parah," tutur peternak sapi sejak 2022 itu.

Dia menuturkan, tujuan membedakan kandang ini untuk mengantisipasi wabah PMK ke semua sapinya yang total ada 30.

"Iya biar gak nyebar begitu tujuanya. Yang kena ini ada sembilan kurang lebih" kata dia.

Sementara itu, karena adanya wabah ini, sapi-sapinya yang masih sehat kebanyakan tidak laku.

Pembeli biasanya lebih memilih sapi yang suspek PMK. Pasalnya, sapi yang suspek PMK harganya lebih murah.

"Saya itu karena terpaksa menjual harus merugi. Ya timbang meninggal. Contohnya katakanlah Rp 25 juta saya jual 17,5 juta. Pembeli itu akhirnya gak mau yang sehat-sehat ini," tutupnya.

Kontributor : Bob Bimantara Leander

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini