Batu gilang itu sebagai informasi dipakai untuk memperkuat pondasi candi-candi. Untuk batu gilang di bawah empat kayu itu dibentuk oleh dua batu. Satu batu berbentuk moncong dan lainnya ada lubang di tengah batu.
"Ada delapan batu gilang di sana. Satu sama lain bergandeng. Jadi itu memperkuat kayu agar tegak. Biasanya batu gilang ini dibuat untuk menyusun candi. Meskipun gempa mungkin goyang saja tapi tidak sampai runtuh," tutur dia.
Sementara itu, di sebelah barat masjid, terdapat sejumlah makam. Salah satunya adalah makam Kiai Hamimuddin dan juga menantunya Kiai Thohir.
Makam tersebut dipagari oleh stainless steel. Makam tersebut terletak di sebuah ruangan tepat bersebalahan dengan tempat imam salat di masjid itu.
Baca Juga:Sejarah Masjid Jogokariyan: Muncul di Sarang Komunis Kini Jadi Tempat Rekonsiliasi Eks PKI
Tidak ada nama di nisan kedua makam tersebut.
"Kenapa gak ada namanya? Karena memang tradisinya di sini sejak dulu tidak ada nama," ujarnya.
Moensif menambahkan, banyak masyarakat yang biasanya berziarah di makam tersebut untuk mendoakan almarhum Hamimuddin.
"Akhirnya juga ada beberapa masyarakat yang dimakamkan di sana juga karena siapa yang gak mau juga ikut didoakan oleh para peziarah," tutupnya.
Kontributor : Bob Bimantara Leander
Baca Juga:Jejak Sejarah Masjid Raya Singkawang, Ikon Kota Paling Toleran