Sementara itu dengan banyaknya santri yang ada, Kyai Hamimuddin akhirnta juga membangun gubuk-gubuk bagi santri untuk bermukim.
Saat ini gubuk-gubuk itu pun menjadi Pondok Pesantren tertua bernama Miftahul Falah.
"Karena tujuannya gubuk-gubuk itu awalnya buat santri supaya tidak ketinggalan salat lima waktu dan mengaji akhirnya tinggal di sana dan sekarang jadi pondok pesantren," tuturnya
Makam Tanpa Nama
Baca Juga:Sejarah Masjid Jogokariyan: Muncul di Sarang Komunis Kini Jadi Tempat Rekonsiliasi Eks PKI
![Makam di dalam Masjid At-Thohiriyah atau Masjid Bungkuk, Singosari, Malang. [Suara.com/Bob Bimantara Leander]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/04/07/74819-masjid-at-thohiriyah-atau-masjid-bungkuk-singosari-malang-suaracombob-bimantara-leander.jpg)
Siang ini azan Zuhur berkumandang dengan lantang. Sejumlah warga sekitar mulai memasuki masjid itu satu per satu.
Suasana khusyuk pun terjadi di dua shaf untuk salat Zuhur berjamaah.
Penasihat Masjid Bungkuk, H. Moensif menjelaskan, masjid itu bisa memuat hingga 600 jamaah.
Saat ini bangunan masjid tersebut dirombak total. Hanya menyisahkan empat kayu sebagai peninggalan saja.
"Direnovasi pada 13 atau 14 tahun lalu. Kenapa direnovasi karena jamaah semakin banyak kalau salat Jumat itu sampai ke luar masjid. Maka dari itu diperbesar hingga dua lantai seperti sekarang," ujarnya.
Baca Juga:Jejak Sejarah Masjid Raya Singkawang, Ikon Kota Paling Toleran
Pada saat renovasi itu, Moensif mengatakan, ternyata di bawah empat tiang kayu itu terdapat batu gilang untuk memperkuat empat tiang candi.