SuaraMalang.id - Puluhan tenaga kesehatan (nakes) di Kabupaten Jember, Jawa Timur terpapar COVID-19. Penyebabnya diduga kelelahan bekerja menangani lonjakan kasus penularan Virus Corona tersebut.
"Tenaga kesehatan di Rumah Sakit Paru yang terpapar COVID-19 sebanyak 27 orang sejak Januari hingga Juni, namun kami tetap berusaha maksimal untuk melayani pasien yang terkonfirmasi positif," kata Direktur RS Paru dr. Sigit Kusumajati di Kabupaten Jember dikutip dari Antara, Selasa (6/7/2021).
Ia melanjutkan, sejumlah 12 nakes masih dalam perawatan dan isolasi mandiri (isoman) di rumah masing-masing. Sedangkan sisanya telah dinyatakan sembuh.
"Kondisi tenaga kesehatan kami yang terkonfirmasi positif berangsur-angsur membaik dan mudah-mudahan hasil usapnya (swab) negatif, sehingga bisa kembali melayani pasien di RS Paru Jember," tuturnya.
Baca Juga:Pasien COVID-19 Terus Bertambah, RSD Soebandi Jember Bangun IGD Tenda Darurat
Sementara, Pelaksana Tugas Wakil Direktur SDM dan Pendidikan RSD dr Soebandi Jember drg. Arief Setiyoargo mengatakan, ada sebanyak 34 orang nakes terpapar COVID-19, baik yang dirawat maupun isolasi mandiri di rumah.
"Tenaga kesehatan yang dirawat sampai Juli 2021 sebanyak empat orang dan yang isolasi mandiri sebanyak 29 orang," katanya.
Secara kumulatif sejak Maret 2020 hingga Juni 2021 sebanyak 219 orang tenaga kesehatan di rumah sakit milik Pemkab Jember terpapar COVID-19.
Merespon itu, Ia mengimbau masyarakat untuk mematuhi kebijakan PPKM Darurat untuk menekan penyebaran virus Corona.
"Kami mengimbau kepada masyarakat untuk disiplin mematuhi protokol kesehatan dengan menggunakan masker yang benar, mencuci tangan setelah kontak dengan benda di sekitar, jaga jarak, dan menjauhi kerumunan agar tidak terpapar COVID-19," tuturnya.
Baca Juga:PPKM Darurat, Bupati Jember Bubarkan Kerumunan Warga
Berdasarkan data ketersediaan tempat tidur COVID-19 tercatat rata-rata tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit atau bed occupancy rate (BOR) di Jember mencapai 87,78 persen, per Selasa (6/7/2021).
Tenaga kesehatan menjadi garda terdepan dalam menangani pasien COVID-19 yang trennya semakin meningkat, namun informasi yang dihimpun di lapangan insentif tenaga kesehatan selama beberapa bulan belum dicairkan oleh pemerintah.
Selain itu, pemerintah juga belum membayar tepat waktu klaim tunggakan rumah sakit yang merawat pasien COVID-19, sehingga berdampak terganggunya arus kas (cashflow) rumah sakit di saat jumlah pasien yang terkonfirmasi positif yang menjalani perawatan meningkat.