IDI Jember Tak Rekomendasikan Pembelajaran Tatap Muka, Ini Alasannya

IDI Jember menekankan agar pemerintah lebih fokus tentang mitigasi Covid-19 melalui penerapan protokol kesehatan secara personal.

Abdul Aziz Mahrizal Ramadan
Kamis, 08 April 2021 | 14:27 WIB
IDI Jember Tak Rekomendasikan Pembelajaran Tatap Muka, Ini Alasannya
Ilustrasi - Kegiatan belajar-mengajar tatap muka di sekolah dasar negeri (SDN) Pademangan Barat 11 pada Rabu (7/4/2021)-- IDI Jember tentang pembelajaran tatap muka di tengah pendemi Covid-19. [ANTARA/ HO-Kominfotik Jakarta Utara]

SuaraMalang.id - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Jember tidak merekomendasikan pembelajaran tatap muka (PTM) dilakukan dalam waktu dekat ini, lantaran pandemi Covid-19 dinilai masih mengkhawatirkan.

Seperti diberitakan, Pemkab Jember bakal melakukan uji coba PTM, Jumat (9/4/2021). Ada dua sekolah yang akan jadi pilot project, yakni SDN Sumbersari 02 dan SMPN 7 Jember. Namun, rencana itu menuai kecemasan dari pakar, salahsatunya IDI.

Ketua IDI Jember Alfi Yudisianto mengatakan, kecemasan pihaknya bukan tanpa alasan. Sebab, positivity rate dari yang diperiksa swab dibanding yang positif, itu masih di atas lima persen.

"Jember direkomendasikan untuk tatap muka, karena positivity rate dari yang diperiksa swab dibanding yang positif, itu masih di atas lima persen. Syaratnya kan harus di bawah lima persen," katanya dikutip dari Beritajatim.com jaringan Suara.com, Kamis (8/4/2021).

Baca Juga:Duh, Guru Sekolah Korban Ikut Intimidasi Kasus Pelecehan Seksual Dosen Unej

Meski angka kasus positif Jember rendah, namun hal itu diduga akibat minimnya pelacakan (tracing).

“Angka positif Jember memang rendah. Tapi yang di-swab kelihatannya juga rendah. Saya tidak bisa mengunngkap data, karena saya IDI. Yang berhak mengungkap data adalah instansi terkait,” sambungnya.

Selain positivity rate, lanjut Alfi,  Jember juga belum memenuhi syarat tentang fatality rate.

“Fatality rate ini jumlah kematian dibandingkan jumlah kasus. Dengan jumlah kasus yang dulunya ratusan, yang meninggal empat sampai lima. Dengan jumlah kasus yang puluhan, ternyata masih ada yang meninggal satu sampai dua. Ini berarti fatality rate masih tinggi. Ini harus ditekan. Boleh kasus aktifnya rendah, tapi kasus yang meninggal seharusnya sudah hilang,” urainya.

IDI menekankan agar pemerintah lebih fokus tentang mitigasi Covid-19 melalui penerapan protokol kesehatan secara personal.

Baca Juga:Miris! Korban Pelecehan Seksual Oknum Dosen Unej Diminta Pergi dari Jember

“Kita lihat kesadaran masyarakat terhadap protokol kesehatan di Jember masih rendah,” katanya.

Namun, jika pembelajaran tatap muka memang diterapkan di sekolah karena tuntutan masyarakat yang tinggi, maka IDI meminta pemerintah meningkatkan tracing, testing, dan treatment.

“Kita jangan ragu dalam hal tracing. Kalau uji coba (pembelajaran tatap muka) disiapkan, maka kita harus menyiapkan tracing jika ada kasus positif di sekolah tersebut,” katanya.

Pemerintah, lanjut dia, sebaiknya tidak ragu-ragu menggelar tracing.

“Sehingga kita benar-benar tahu bahwa persentasenya (positivity rate) memang rendah atau tidak,” imbuhnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini