SuaraMalang.id - Baru-baru ini sejumlah peneliti dikabarkan berdebat mengenai efikasi vaksin Covid-19 pfizer. Ada yang menuding bahwa efikasi vaksin Covid-19 Pfizer hanya 19 persen dan bukan 95 persen seperti yang diklaim.
Pertanyaan yang diajukan oleh Peter Doshi, asisten profesor penelitian layanan kesehatan farmasi di Sekolah Farmasi Universitas Maryland, telah memicu diskusi hangat di media sosial China.
Dilansir dari Global Times, pendapat Doshi diperdebatkan di antara para ahli vaksin China. Banyak ahli setuju bahwa Pfizer harus menyediakan lebih banyak data mentah untuk tinjauan sejawat. Namun mereka mengatakan metodologi Doshi mungkin cacat.
Pakar China juga mencatat bahwa perselisihan sering muncul dari data uji klinis vaksin Covid-19, mengingat perbedaan kelompok peserta dan bagaimana perusahaan farmasi yang berbeda mendefinisikan gejala Covid-19 secara berbeda.
Baca Juga:Kasus Covid-19 di China Meningkat, Penularan Lokal Kembali Terjadi
Mereka mengatakan bahwa tingkat kemanjuran suatu vaksin harus dievaluasi secara lebih komprehensif, mengutip Sinovac sebagai contoh.
![Ilustrasi vaksin COVID-19. [Shutterstock]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/04/03/11084-vaksin-covid-19.jpg)
Vaksin Sinovac menerima tingkat kemanjuran 50,3 persen pada Rabu, berdasarkan uji klinis fase III di Brasil. Tetapi angka itu sebagian besar disebabkan oleh fakta bahwa peserta di Brasil semuanya adalah pekerja medis dengan risiko infeksi yang sangat tinggi, kata para ahli.
Doshi pada 4 Januari merilis artikel di platform blog di bawah jurnal farmasi Inggris The BMJ, mempertanyakan tingkat kemanjuran Pfizer.
Pfizer mengungkapkan bahwa mereka menemukan 170 kasus PCR yang dikonfirmasi Covid-19 selama uji klinis fase III dan total 3.410 kasus yang dicurigai.
Namun, jika mengambil semua kasus yang dicurigai ini sebagai kasus yang dikonfirmasi, kemanjuran vaksin Pfizer akan secara dramatis berkurang menjadi 19 persen.
Baca Juga:Korupsi Bansos Covid-19 di Jabodetabek, KPK Periksa 2 Saksi Unsur Swasta
Bahkan setelah menghilangkan kasus yang terjadi dalam tujuh hari setelah vaksinasi, yang seharusnya mencakup sebagian besar gejala akibat reaktogenisitas vaksin jangka pendek, tingkat kemanjuran tetap serendah 29 persen, kata Doshi dalam artikel tersebut.
- 1
- 2