Scroll untuk membaca artikel
Bernadette Sariyem
Senin, 12 Agustus 2024 | 15:43 WIB
Ilustrasi tomat.(Pixabay.com)

SuaraMalang.id - Petani tomat di Desa Panduman dan Sukowiryo, Kecamatan Jelbuk, Jember, menghadapi dilema besar.

Meskipun tanaman tomat mereka tampak merah dan siap panen, banyak dari mereka memilih untuk membiarkan buah tersebut membusuk di ladang atau diberikan secara gratis kepada warga setempat.

Hal ini terjadi karena anjloknya harga jual tomat yang kini hanya berkisar antara Rp 500 hingga Rp 1.000 per kilogram.

Nur, seorang petani tomat di Desa Panduman, mengungkapkan kesulitan yang dihadapinya.

Baca Juga: Heboh di Jember! Drone dan Bahan Kimia Misterius Ditemukan di Rumah Kosong

"Biaya produksi dan perawatan sangat tinggi, sementara harga jual sangat rendah. Mengumpulkan dan menjual tomat saat ini malah membuat kami rugi karena ongkos pekerja lebih tinggi dibanding pendapatan," kata Nur.

Dia mengaku sempat menjual tomat seberat dua kuintal, namun hanya memperoleh uang tunai sekitar Rp 350 ribu, jumlah yang tidak cukup untuk menutupi biaya tenaga kerja.

"Lebih baik saya biarkan saja tomat-tomat itu di ladang daripada merugi," tegasnya.

Kondisi serupa juga terjadi di Desa Sukowiryo, di mana petani mengalami kerugian akibat harga yang turun drastis.

Beberapa tahun sebelumnya, harga per kilogram tomat bisa mencapai Rp 4.000 hingga puluhan ribu, namun kini hanya Rp 1.000 per kilogram.

Baca Juga: Amin Rais Ditangkap Polisi

Jumantoro, Ketua Forum Komunikasi Petani Jember (FKPJ) dan Ketua Asosiasi Petani Pangan Indonesia (APPI) Pusat, mengatakan bahwa banyak petani tomat di Jember sedang mengalami kerugian besar.

"Kami membutuhkan solusi dari pemerintah, seperti akses informasi pasar yang lebih baik dan pembuatan pasar agrobis terpadu, sehingga petani bisa menjual produk mereka langsung ke konsumen atau pedagang besar," ujar Jumantoro.

Pemerintah diminta untuk segera merespons situasi ini agar tidak lebih banyak petani yang mengalami kerugian dan meninggalkan pertanian tomat, yang pada akhirnya bisa berdampak pada pasokan pangan lokal.

Peningkatan dukungan kepada petani dalam bentuk subsidi atau program pemasaran bisa menjadi langkah penting untuk mengatasi masalah ini.

Kontributor : Elizabeth Yati

Load More