SuaraMalang.id - Petani tomat di Desa Panduman dan Sukowiryo, Kecamatan Jelbuk, Jember, menghadapi dilema besar.
Meskipun tanaman tomat mereka tampak merah dan siap panen, banyak dari mereka memilih untuk membiarkan buah tersebut membusuk di ladang atau diberikan secara gratis kepada warga setempat.
Hal ini terjadi karena anjloknya harga jual tomat yang kini hanya berkisar antara Rp 500 hingga Rp 1.000 per kilogram.
Nur, seorang petani tomat di Desa Panduman, mengungkapkan kesulitan yang dihadapinya.
Baca Juga: Heboh di Jember! Drone dan Bahan Kimia Misterius Ditemukan di Rumah Kosong
"Biaya produksi dan perawatan sangat tinggi, sementara harga jual sangat rendah. Mengumpulkan dan menjual tomat saat ini malah membuat kami rugi karena ongkos pekerja lebih tinggi dibanding pendapatan," kata Nur.
Dia mengaku sempat menjual tomat seberat dua kuintal, namun hanya memperoleh uang tunai sekitar Rp 350 ribu, jumlah yang tidak cukup untuk menutupi biaya tenaga kerja.
"Lebih baik saya biarkan saja tomat-tomat itu di ladang daripada merugi," tegasnya.
Kondisi serupa juga terjadi di Desa Sukowiryo, di mana petani mengalami kerugian akibat harga yang turun drastis.
Beberapa tahun sebelumnya, harga per kilogram tomat bisa mencapai Rp 4.000 hingga puluhan ribu, namun kini hanya Rp 1.000 per kilogram.
Baca Juga: Amin Rais Ditangkap Polisi
Jumantoro, Ketua Forum Komunikasi Petani Jember (FKPJ) dan Ketua Asosiasi Petani Pangan Indonesia (APPI) Pusat, mengatakan bahwa banyak petani tomat di Jember sedang mengalami kerugian besar.
"Kami membutuhkan solusi dari pemerintah, seperti akses informasi pasar yang lebih baik dan pembuatan pasar agrobis terpadu, sehingga petani bisa menjual produk mereka langsung ke konsumen atau pedagang besar," ujar Jumantoro.
Pemerintah diminta untuk segera merespons situasi ini agar tidak lebih banyak petani yang mengalami kerugian dan meninggalkan pertanian tomat, yang pada akhirnya bisa berdampak pada pasokan pangan lokal.
Peningkatan dukungan kepada petani dalam bentuk subsidi atau program pemasaran bisa menjadi langkah penting untuk mengatasi masalah ini.
Kontributor : Elizabeth Yati
Berita Terkait
-
Heboh di Jember! Drone dan Bahan Kimia Misterius Ditemukan di Rumah Kosong
-
Amin Rais Ditangkap Polisi
-
Liburan Seru Anti Boncos! 5 Destinasi Wisata Ramah Kantong di Jember
-
Terungkap! Sosok Penghuni Rumah Kontrakan yang Simpan Bondet di Jember
-
Aksi Heroik Damkar: Lepas Cincin di Jari Warga dengan Mesin Gerinda
Terpopuler
- Istri Menteri UMKM Bukan Pejabat, Diduga Seenaknya Minta Fasilitas Negara untuk Tur Eropa
- Asisten Pelatih Liverpool: Kakek Saya Dulu KNIL, Saya Orang Maluku tapi...
- 3 Kerugian AFF usai Menolak Partisipasi Persebaya dan Malut United di ASEAN Club Championship
- Mulan Jameela Sinis Ahmad Dhani Sebut Mantan Istri dengan Panggilan 'Maia Ahmad'
- Pengganti Elkan Baggott Akhirnya Dipanggil Timnas Indonesia, Jona Giesselink Namanya
Pilihan
-
Mengenal Klub Sassuolo yang Ajukan Tawaran Resmi Rekrut Jay Idzes
-
Kata-kata Jordi Amat Usai Gabung ke Persija Jakarta
-
7 Rekomendasi Merek AC Terbaik yang Awet, Berteknologi Tinggi dan Hemat Listrik!
-
Daftar 7 Sepatu Running Lokal Terbaik: Tingkatkan Performa, Nyaman dengan Desain Stylish
-
Aura Farming Anak Coki Viral, Pacu Jalur Kuansing Diklaim Berasal dari Malaysia
Terkini
-
Layanan AgenBRILink dari BRI Kini Makin Lengkap dan Aman
-
Camilan Premium Casa Grata Sukses Tembus Pasar Dunia Lewat Pembinaan BRI
-
BRI Salurkan KUR Rp69,8 Triliun ke 8,3 Juta Debitur, UMKM Semakin Produktif
-
BRI Perkuat Komitmen Salurkan FLPP demi Hunian Terjangkau bagi Rakyat
-
5 Rekomendasi Tempat Liburan Hits di Malang untuk Anak Muda, Wajib Dikunjungi!