SuaraMalang.id - Majelis Ulama Indonesia (MUI) menjadi perbincangan hangat di publik setelah mengeluarkan fatwa bahwa ucapan salam yang berdimensi doa khusus agama lain oleh umat Islam hukumnya haram. Fatwa ini memicu pro dan kontra di masyarakat.
Beberapa tokoh di media sosial mengkritik fatwa tersebut. Salah satunya adalah @saidiman yang menulis di akun X-nya, “Jadi orang yang sekadar ucap salam agama lain akan dibakar di neraka. Sungguh sebuah ajaran kasih dan damai. Hati menjadi sangat adem. Mana ada agama lain punya ajaran semulia ini. Salut sampai ke bulan! #Serius #IniBukanSarkasme.”
Senada dengan itu, politisi PSI, @DedynurPalakka, juga mengungkapkan kritiknya melalui akun X pribadinya, “Bagaimana mau membangun keakraban sesama anak bangsa jika salam aja dilarang.”
Di sisi lain, beberapa warganet mendukung fatwa MUI tersebut. @ArifLabMed menulis, “Udah bener kalau di forum pramuka salam pramuka, di acara olahraga salam olahraga, masih harus ditambah salam 7 agama, habis waktu, haram pula, sesuai kondisi aja.”
Baca Juga: Ngaku-ngaku Petugas Telkom, Bagus Curi Kabel Tembaga di Universitas NU
Merespons kontroversi ini, pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Huda Mergosono Malang, KH Achmad Shampton (Gus Shampton), menyatakan bahwa memang haram jika dilihat dari sudut pandang dimensi doa.
Namun, dalam kondisi tertentu, demi menjaga persatuan bangsa dan menghindari perpecahan, pejabat muslim juga diperbolehkan menambahkan salam lintas agama.
Pernyataan Gus Shampton ini sejalan dengan keputusan Bahtsul Masail Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur tentang Hukum Salam Lintas Agama.
PWNU Jatim menilai bahwa menebarkan salam sebagai pesan kedamaian adalah tradisi universal manusia lintas adat, budaya, dan agama.
Senada dengan Gus Shampton, KH Syafrudin Syarif menjelaskan bahwa salam lintas agama dibutuhkan dalam menjaga persatuan dan kemaslahatan umat, meskipun bukan berarti dianjurkan untuk senantiasa diucapkan.
Baca Juga: Buntut Pernyataan Gus Ipul, Netralitas NU di Pilpres 2024 Dipertanyakan
“Pejabat muslim dianjurkan mengucapkan salam dengan kalimat assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh atau diikuti dengan ucapan salam nasional seperti selamat pagi, salam sejahtera bagi kita semua. Namun, dalam kondisi tertentu, demi menjaga persatuan bangsa dan menghindari perpecahan, pejabat muslim juga diperbolehkan menambahkan salam lintas agama,” ujarnya.
Berita Terkait
-
Waspada! MUI Ingatkan Pemudik Soal Jamu Gratis Beralkohol Tinggi di Jalur Mudik
-
Tekankan Masyarakat Sipil Berjasa Dalam Membangun Negara, Ulama NU: Tapi Sering Dimusuhi Pemerintah
-
Bingung Hukum Suntik Saat Puasa? Simak Fatwa MUI dan Pendapat Ulama
-
Mengapa Muhammadiyah dan NU Bisa Berbeda dalam Menentukan Idul Fitri?
-
Lebaran Idul Fitri 2025 NU Tanggal Berapa? Ini Penjelasannya
Terpopuler
- Marselino Ferdinan Dicoret Patrick Kluivert! Ini 3 Calon Penggantinya di Timnas Indonesia
- 17 HP Xiaomi Ini Tidak Didukung HyperOS 2.1, Ada Perangkatmu?
- Sebut Pegawai Luhut Sosok Asli di Foto Ijazah UGM, Roy Suryo: Saya Pastikan 99,9 Persen Bukan Jokowi
- 8 Kode Redeem FF Hari Ini 14 April 2025 Masih Aktif Siap Dipakai, Klaim Sekarang!
- Ini Syarat Pemutihan Pajak Kendaraan 2025, Warga Jateng Siap-siap Bebas Denda!
Pilihan
-
Terus Pecah Rekor! Harga Emas Antam 1 Gram Kini Dibanderol Rp1.975.000
-
Gaikindo Peringatkan Prabowo soal TKDN: Kita Tak Ingin Industri Otomotif Indonesia Ambruk!
-
Piala Dunia U-17 2025: Perlunya Tambahan Pemain Diaspora di Timnas Indonesia U-17
-
Perhatian! Harga Logam Mulia Diprediksi Akan Terus Alami Kenaikan
-
Baru Masuk Indonesia, Xpeng Diramalkan Segera Gulung Tikar
Terkini
-
Sekolah Rakyat akan Dibuka di Malang, Ini Kategori Siswanya
-
Pencurian di Malang, CCTV Bongkar Aksi 2 Maling
-
Skandal Rupadaksa Guncang UIN Malang, Rektorat Turun Tangan: Terancam Sanksi Berat
-
Misteri Tumpukan Sampah di Singosari Malang, Tutupi Jalan Desa
-
Korban Hanyut di Pantai Balekambang Malang Akhirnya Ditemukan