Scroll untuk membaca artikel
Abdul Aziz Mahrizal Ramadan
Jum'at, 20 Mei 2022 | 15:34 WIB
Protes pedagang pasar hewan ternak Gondanglegi Kabupaten Malang, Jumat (20/5/2022) [Suara.com/Bob Bimantara Leander]

SuaraMalang.id - Ratusan pedagang memprotes penutupan Pasar Hewan Ternak Gondanglegi dengan tujuan untuk mengantisipasi penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK), Jumat (20/5/2022).

Penutupan pasar itu berdasarkan Surat Edaran Bupati Malang, HM Sanusi bernomor 800/3699/35.07.201/2022, Kamis (12/5/2022) pekan lalu.

Salah satu pedagang sapi, Haji Temin mengeluh. Lapaknya sudah ditutup sejak Minggu lalu. Terhitung sudah tiga hari kesempatannya menjual sapi hilang karena pasar tutup.

"Ini sudah tiga pekan ditutup. Saya gak bisa jual kalau gini terus bisa kolaps semua. Teman-teman semua juga begitu" ujarnya saat mediasi bersama Forkopicam Gondanglegi di Terminal Gondanglegi Jumat (20/5/2022).

Baca Juga: Virus PMK Belum Menular ke Manusia, Dokter Hewan di Bantul Beri Penjelasan Ini untuk Antisipasinya

Dia pun mengaku rugi banyak. Berdasarkan keterangan teman-temannya beberapa ada yang meminjam uang di bank alias utang. Karena adanya penutupan pasar, para pedagang sapi tidak bisa membayar pinjaman uang.

"Gak bisa ini ada yang utang ke BRI terus gak bisa kerja ini gimana? Utang tetap harus dibayar tapi kerja gak ada. Yang rugi kami kalau ditutup bukan pemerintah," tuturnya.

Solusi dari Pemkab Malang, yakni menjual sapi secara online atau daring. Namun, dia menjelaskan, teman-temanya sesama pedagang tidak bisa menjual sapi secara online.

"Handphone ini gak bisa mas. Kami ini orang cilik peternak ini mana bisa main online-online gitu. Ya intinya gak jual," tuturnya.

Dia pun meminta kejelasan terkait penutupan pasar hewan ternak itu. Dia hanya ingin memastikan sampai kapan pasar ditutup.

Baca Juga: Bukan PMK, Tiga Kambing Milik Warga Ciamis Mati Terkena Penyakit Ini

"Kami ingin tahu saja kejelasan. Kok ini ditutup tapi gak tau sampai kapan. Seng bingung ini kita, bapak-bapak di sana enak ada gaji an yang tetap. Lah kami makan apa?," ujarnya.

Temin juga menyarankan, pemerintah agar tetap membuka pasar. Dia menjelaskan, jika memang untuk antisipasi PMK, di depan pasar disiapkan dokter hewan.

"Nanti diperiksa yang sakit contohnya kan ada ciri-cirinya kayak kaki bengkak, atau sedang berlendir itu dibawa pulang. Kami hanya ingin dibuka," tuturnya.

Terpisah, Camat Gondanglegi, Prasetiya Yunika menjelaskan, dia hanya bisa menampung aspirasi para pedagang sapi.

Dia tidak bisa memutuskan, untuk membuka kembali pasar.

"Itu kan sudah ada SE. Pasti SE itu ada latarbelakangnya kenapa dikeluarkan sama Bupati. Yang tadi saya bilang dari kesehatan masih belum bisa sapi itu dipertemukan. Kami tidak diam, kami semua bergerak," tuturnya.

Dia juga menjelaskan, protes dari pedagang ini adalah dua kali terjadi. Dia pun juga ingin membuka pasar dan ingin perekonomian tumbuh.

"Tapi sekali lagi semua harus bersabar. Semua penentu kebijakan itu bukan kami. Kami akan meneruskan ke pimpinan kami masing-masing," tutupnya.

Kontributor : Bob Bimantara Leander

Load More