Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Kamis, 10 Februari 2022 | 17:10 WIB
Dugaan kasus penggelapan uang beasiswa ke China [Foto: Timesindonesia]

SuaraMalang.id - Kondisi seperti membuat orang semakin gelap mata. Seperti pria Banyuwangi berinisial AS (30), yang baru-baru ini dilaporkan ke polisi dalam kasus penggelapan uang beasiswa pelajar Indonesia di China.

Tak tanggung-tanggung, kerugian dalam kasus ini mencapai ratusan juta rupiah. Pelapor dalam kasus ini seorang perempuan berinisial PA, pengusaha layanan perjalanan jasa transportasi yang bermitra dengan AS untuk mengurus program pendidikan pelajar Indonesia di China.

Namun gara-gara AS, sejumlah pelajar yang memperoleh beasiswa pendidikan di China telantar karena tidak mendapatkan tempat tinggal. Akibatnya, mereka dipaksa orangtuanya kembali pulang ke rumahnya. Di sisi lain, uang pendidikan tersebut juga tidak jelas.

Kuasa hukum pelapor, Moh Firdaus Yulianto, menyebut jika jalur hukum ini terpaksa ditempuh oleh PA. Ini diambil sebab upaya-upaya persuasif kekeluargaan yang dilakukan PA tak kunjung digubris oleh terduga pelaku penggelapan.

Baca Juga: Wanita Muda di Tanjungpinang Diciduk Terkait Penipuan Member Arisan Puluhan Juta

"Segala proses hukum diserahkan kepada polisi. Semoga permasalahan ini segera terselesaikan," kata Firdaus, seperti dikutip dari timesindonesia.co.id jejaring media suara.com, Kamis (10/2/2022).

Dalam kasus ini, PA mentransfer seluruh uang pendaftaran kuliah para pelajar Indonesia tersebut ke AS melalui rekening istrinya. Namun ternyata uang tersebut dipakai untuk keperluan pribadi.

Awal mula program beasiswa kuliah ke China ini berlabel gratis. Namun, pada akhirnya para calon mahasiswa diwajibkan membayar sejumlah biaya. Alasannya untuk biaya administrasi dan juga biaya lain-lain seperti biaya hidup sebelum beasiswa diproses.

"Seluruh berkas administrasi yang mengurus adalah terlapor, semua uang sudah masuk ke dia. Katanya uang itu digunakan untuk bayar-bayar setiap keperluan. Seperti asrama di China dan juga bayar pendaftaran kampus di sana," kata Firdaus.

Menurut Firdaus, alih-alih memberangkatkan siswa untuk kuliah ke China, uang sekitar Rp 185 juta lebih yang diperoleh AS, diduga telah digunakan untuk kepentingan pribadi.

Baca Juga: Perluas Wawasan dan Pandangan Hidup, Ini 5 Langkah Raih Beasiswa Kuliah di Negeri

Bahkan, total uang yang sebelumnya sempat terkumpul mencapai Rp 300 juta lebih juga tidak jelas. Akibatnya, sejumlah siswa dari Banyuwangi yang sudah terlanjur berangkat, terlantar di negara China.

Selama beberapa bulan mencoba menunggu kepastian, para siswa ini tak juga mengalami kejelasan nasib. Bahkan, mereka nyaris diusir karena tidak juga membayar uang asrama.

Karena khawatir akan nasib anak-anaknya, beberapa orang tua akhirnya meminta agar kuliah dibatalkan dan menuntut ganti biaya yang sudah dibayarkan. Namun, saat diminta biaya ganti rugi, AS berkilah jika uang yang terkumpul sudah disetorkan kepada seorang agen di China.

"Ternyata uang tidak sepenuhnya dikembalikan. Katanya sudah ada yang dibayarkan ke pihak kampus, sudah dibayarkan untuk biaya Pendidikan. Alasannya terlapor seperti itu," katanya.

Karena curiga, kemudian AS diminta untuk menunjukkan bukti-bukti bahwa para siswa tersebut sudah terdaftar di kampus yang dimaksudkan. Namun, sekali lagi AS mencoba berdalih dan terus berkilah.

"Katanya sudah mendaftarkan di kampus di China. Saat diminta bukti-bukti bahwa memang benar sudah memesan atau mendaftar, terlapor tidak bisa membuktikan," kata Firdaus.

"Usut punya usut, setelah dilakukan kroscek ke China ternyata tidak ada uang yang masuk ke kampus. Akhirnya terlapor mengaku uangnya masih dia pakai. Sekian lama ditagih, sampai sekarang tidak mau mengembalikan," kata Firdaus.

Sebab itulah, didampingi kuasa hukumnya, PA kemudian melaporkan AS ke polisi atas dugaan penggelapan uang beasiswa kuliah ke China. Sebagai informasi, ada sekitar 11 orang siswa yang sempat mendaftarkan diri dan sudah membayar.

Load More