Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Kamis, 27 Januari 2022 | 15:18 WIB
Sindrom pasca-Covid-19 bisa mendera siapa saja [Foto: ANTARA]

SuaraMalang.id - Bagi para penyintas Covid-19, terutama anak-anak muda, ternyata bisa juga terserang post-COVID syndrome atau sindrom pasca-COVID.

Terungkap kalau sindrom ini bisa menyerang segala usia. Oleh sebab itu, masyarakat Indonesia kembali diingatkan bahaya Covid seiriing dengan meningkatnya kasus akhir-akhir ini.

Tak hanya menyerang saluran pernapasan, COVID-19 juga berpotensi mengakibatkan sindrom pasca-COVID pada penderitanya.

Sindrom pasca-COVID merupakan sejumlah masalah kesehatan atau gejala yang baru, kembali muncul, atau terus terjadi selama 4 minggu atau lebih sejak pertama kali seseorang terinfeksi virus penyebab COVID-19.

Baca Juga: Randy Bagus Jalani Sidang Kode Etik di Polda Jatim, Ibu Novia Widyasari Didatangkan Sebagai Saksi

Walaupun mayoritas penderita COVID-19 akan membaik dalam beberapa minggu setelah sakit, sebagian penderita mengalami sindrom pasca-COVID yang gejalanya menetap selama beberapa waktu setelah sembuh.

Kondisi ini sangat bervariasi dan memiliki jangka waktu yang berbeda antar penyintas COVID-19. Hal ini disampaikan Dokter Spesialis Paru dan Pernapasan, RS Pondok Indah - Puri Indah, Desilia Atikawati, dikutip pada Kamis, (27/01/2022).

"Penderita COVID-19 usia berapa pun dapat mengalami sindrom pasca-COVID, meski lebih sering ditemukan pada usia dewasa dibandingkan grup usia anak atau remaja, tetapi kelompok anak dan remaja tetap berisiko mengalaminya," ujarnya.

Penelitian menunjukkan gejala jangka panjang pada anak, baik yang memiliki gejala ringan atau berat (termasuk multisystem inflammatory syndrome, MIS), antara lain kelelahan/fatigue, pusing, gangguan tidur, gangguan konsentrasi, nyeri otot dan sendi, serta batuk.

Walau jarang, beberapa orang, terutama anak-anak, dapat mengalami MIS sesaat atau segera setelah mengalami infeksi COVID-19.

Baca Juga: Sebanyak 977 Warga Jatim Terserang DBD, Belasan Kasus Meninggal Dunia

MIS adalah kondisi di mana berbagai organ tubuh mengalami inflamasi, termasuk jantung, paru, ginjal, otak, kulit, mata, atau sistem pencernaan. Hingga saat ini, belum diketahui apa yang menjadi penyebabnya.

"Ini merupakan kondisi serius dan dapat menyebabkan kematian. Gejala yang perlu diwaspadai sebagai MIS adalah adanya demam disertai minimal satu dari gejala seperti nyeri perut, kemerahan pada mata, diare, pusing atau lightheadedness, ruam kulit, dan muntah," katanya menambahkan.

Sindrom pasca-COVID sendiri tidak hanya terjadi pada penyintas COVID-19 yang bergejala berat saja. Penyintas COVID-19 dengan gejala ringan, bahkan tidak bergejala, juga dapat mengalaminya.

Gejala-gejala yang sering dilaporkan antara lain: sesak napas/sulit bernapas lega, fatigue/rasa lelah, gejala yang dirasa memburuk setelah aktivitas/post-exertion malaise dan kesulitan berpikir/berkonsentrasi/brain fog.

Kemudian batuk, nyeri dada/perut, pusing, rasa berdebar, nyeri otot/sendi, rasa kesemutan, diare, gangguan tidur, demam, pusing ketika berdiri/lightheadedness, ruam kulit, perubahan suasana hati, perubahan kemampuan indra penciuman/perasa, perubahan siklus menstruasi, dan rambut rontok.

Penelitian Lancet yang dipimpin oleh ilmuwan dari University College London (UCL), merupakan penelitian peer-reviewed terbesar tentang sindrom pasca-COVID yang melibatkan 3.765 partisipan dari 56 negara.

Load More