Scroll untuk membaca artikel
Abdul Aziz Mahrizal Ramadan
Kamis, 19 Agustus 2021 | 18:18 WIB
Ilustrasi vaksinasi. [Solopos.com]

SuaraMalang.id - Masyarakat di Kabupaten Bondowoso Jawa Timur rupanya masih ada yang percaya propaganda kelompok anti vaksin. Menangkal informasi sesat itu, tokoh agama atau ulama turun tangan mengawal program vaksinasi.

Menyadur TIMES Indonesia, Pengurus Anak Ranting Nahdlatul Ulama di Kampung Haji, Desa Bataan, Kecamatan Tenggarang, Kabupaten Bondowoso gencar melawan hoaks tentang vaksinasi. Lantaran masih ditemukan oknum warga menolak vaksinasi lantaran percaya isu tentang vaksin mematikan, konspirasi dan sebagainya. 

Bersama tokoh masyarakat setempat, pengurus Anak Ranting NU melibatkan ulama, Satgas dan Dinas Kesehatan untuk mengedukasi masyarakat pentingnya vaksinasi Covid-19.

Berdasarkan data Kementerian Komunikasi dan Informatika, hoaks Covid-19 di media sosial per 19 Agustus 2021, total ada 1.994 kasus. Sedangkan hoaks tentang vaksin Covid-19 total ada 296 kasus.

Baca Juga: Prihatin! Ratusan Anak di Bondowoso Yatim Setelah Ortu Meninggal Karena Covid-19

Salah seorang tokoh masyarakat setempat, Moh Syaeful Bahar mengatakan, vaksinasi yang diselenggarakan pemerintah menurutnya juga sebagai bentuk perlawanan terhadap hoaks kelompok anti vaksin.

"Awalnya kelompok anti vaksin mengatakan bahwa vaksin itu bisnis. Berikutnya dikembangkan isu, bahwa vaksin kepentingan Yahudi dan Komunis China," jelasnya.

Dijelaskannya, isu-isu yang dihembuskan kelompok anti vaksin itu efektif merasuki masyarakat di Indonesia lantaran rendahnya literasi media sosial. 

"Makanya yang harus melawan hoaks itu adalah masyarakat sendiri. Kita tidak perlu menandingi apa yang mereka lakukan di media sosial. Tetapi langsung melaksanakan vaksinasi saja," jelas Wakil Ketua PCNU Bondowoso tersebut.

Ia melanjutkan, vaksinasi di lingkungannya efektif karena menggunakan strategi pendekatan agama. Persisnya, dengan cara menyebarkan foto para tokoh agama yang sudah menerima vaksin.

Baca Juga: Nestapa 182 Anak di Bondowoso Jadi Yatim Piatu Akibat Covid-19

"Kita sebar foto Abd Qodir Syam (Ketua PCNU), Gus Baha', Kiai Junaidi (Rais Syuriah PCNU) dengan mengatakan, bahwa vaksin itu halal karena kiai sudah vaksin. Ini aman, karena kiai meminta kita untuk vaksin. Ternyata efektif," paparnya.

Justru dengan pendekatan tersebut sangat ampuh dibandingkan pendekatan medis. 

Dosen UIN Sunan Ampel ini juga menilai pendekatan agama paling efektif menyukseskan program vaksinasi. Menyampaikan kepada masyarakat bahwa sejumlah tokoh, ulama atau kiai sudah menerima vaksin Covid-19

"Di Sukorejo Kiai Azaim, Kiai Afifuddin, Paiton Gus Hamid dan Genggong Kiai Mutawakkil, semuanya sudah vaksin. Maka sangat efektif menghancurkan bangunan hoaks yang dibangun kelompok anti vaksin," jelasnya.

Sebelum menggelar vaksinasi, panitia juga mengumpulkan para guru ngaji dan tokoh agama dalam rangka sosialisasi. Pihaknya juga melibatkan Dinas Kesehatan untuk meberikan pemahaman tentang vaksin. Termasuk tentang KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) dari vaksin Covid-19.

"Ini yang menurut saya juga kegagalan negara. Mereka tidak bisa mengkomunikasikan dengan efektif tentang vaksin. Sehingga lebih dulu hoaks yang menguasai," paparnya.

Padahal seharusnya sejak awal dijelaskan, bahwa memang ada reaksi alami secara biologis atau KIPI setelah vaksin Covid-19. 

"Namun ini tidak sampai ke masyarakat atau tidak efektif sampai ke masyarakat, dan didahului oleh informasi hoaks," jelas Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Bondowoso itu.

Selain itu, lanjut dia, panitia penyelenggara juga mendekatkan vaksinasi dengan warga dan mempermudah urusan administrasi. Oleh karena itu, kegiatan dilaksanakan di lingkungan mereka tinggal.

"Biasanya vaksinasi kan di Puskesmas, rumah sakit dan Polres. Kalau masyarakat yang tidak biasa dengan urusan birokrasi maka jadi enggan. Kalau di rumah sendiri tak perlu meninggalkan pekerjaan. Kita juga ingin memutus rantai birokrasi itu," paparnya.

Dijelaskannya juga, demi menyukseskan vaksinasi dan menjadi bagian dalam mencegah penyebaran Covid-19, warga rela patungan. "Tadi malam saya dikabari panitia habis satu juta rupiah. Untuk sewa terop dan kursinya ini. Serta untuk konsumsi," jelasnya.

Pihaknya sangat mengapresiasi langkah warga tersebut. Apalagi kontribusi rakyat saat ini sangat dibutuhkan. Menurutnya, tidak boleh hanya mengandalkan negara, karena negara sudah kelimpungan menghadapi Pandemi Covid-19. 

"Siapa pun yang bisa berkontribusi seperti ini. Saya yakin pandemi bisa dilalui dengan mudah. Apalagi semuanya terpanggil untuk menghadapi musibah ini," jelasnya.

Load More