Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Jum'at, 14 Mei 2021 | 17:19 WIB
Al Rizhal Tisma Wahid Maulana yang merupakan salah satu imam terpilih untuk bertugas di Uni Emirat Arab (UEA), pada saat membaca Al Quran di Masjid Al Muttaqin, Kota Malang, Jawa Timur. (ANTARA/Vicki Febrianto)

Dari kurang lebih sebanyak 200 orang itu, kemudian disaring oleh Kementerian Agama menjadi sebanyak 150 orang. Sebanyak 150 orang menjalani tes yang mencakup hafalan Alquran 30 juz, pemahaman agama fiqih ibadah, dan pemahaman kebahasaan, bahasa Arab.

Menurut pemuda yang lahir di Malang pada 30 Juli 1997 tersebut, tahapan paling sulit yang harus dihadapi adalah pada saat melakukan tes tahap kedua, di hadapan empat orang penguji, yang merupakan para syeikh asal Uni Emirat Arab.

"Ada empat syeikh yang langsung melakukan tes secara tatap muka. Ini dilakukan satu per satu, sehingga menjadi tantangan tersendiri," kata Wahid, demikian dikutip dari Antara.

Pada saat melakukan tes tersebut, pertama, Wahid diminta untuk membaca surat Al Fatihah. Kemudian, laki-laki yang merupakan alumni Pendidikan Bahasa Arab Universitas Negeri Malang tersebut membaca surat lain dalam Alquran, sesuai keinginan para syeikh.

Baca Juga: Ibu Hamil Ditusuk di Rumahnya, Saat Anggota Keluarga Lainnya Salat Id

"Beliau membuka Alquran, menunjuknya, dan kita langsung membaca (dari hafalan), itu acak," ujar Wahid.

Pada saat memasuki tes hafalan Alquran, ada koreksi yang dilakukan para syekh tersebut. Makhraj, atau cara pelafalan huruf hijaiyah yang biasa dilafalkan oleh Wahid, ternyata tidak pas di telinga para syeikh tersebut.

Pada saat itu, Wahid berusaha tetap tenang, dan mengikuti arahan para syeikh tersebut.

"Pada saat itu, beliau mengoreksi satu huruf saja, saya sempat down. Padahal, biasanya satu huruf itu, pada saat saya bersama guru saya, itu tidak ada masalah. Namun, di telinga beliau, itu ada perbedaannya," kata Wahid, yang memiliki puluhan pengalaman mengikuti lomba Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) itu.

Tidak jauh berbeda dengan cerita Wahid, Muhammad Shohibul Huda atau yang kerap disapa Huda, juga menceritakan pengalaman serupa. Ia sempat merasa sedikit tegang pada saat harus menjalani tes di hadapan empat syeikh asal UEA itu.

Baca Juga: Daftar Masjid yang Wajib Dikunjungi saat Libur Lebaran di Kabupaten Malang

Huda yang lahir di Probolinggo pada 1 Agustus 1984, dan kini menjadi warga Kabupaten Malang tersebut, berusaha untuk tetap tenang saat menjalani tes dengan para syeikh tersebut. Proses wawancara dilakukan menggunakan bahasa Arab.

Load More