Dua Peserta Carok di Kabupaten Malang Diperiksa Polisi

SuaraMalang.id - Dua orang peserta carok di Desa Sumbergentong, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang diperiksa polisi, Selasa (2/2/2021). Keduanya adalah Samsul dan Sukarman, mereka sebelumnya mendapatkan perawatan di RSUD Kanjuruhan.

Sedangkan Thoyib, peserta carok lainnya, juga satu kerabat dengan Samsul dan Sukarman, masih mejalani perawatan.

Kasatreskrim Polres Malang AKP Tiksnarto Andaru Rahutomo mengatakan, bahwa Thoyib yang diduga otak insiden duel carok menewaskan dua orang bapak - anak Mujiono dan Irwan tersebut, masih belum dapat dimintai keterangan polisi.

 “Ya, dua orang sudah sembuh dan kami bawa ke Polres Malang. Yakni Samsul dan Sukarman,” katanya, seperti dikutip dari Beritajatim.com jaringan Suara.com, Selasa (2/2/2021).

Baca Juga: Carok Menewaskan Bapak dan Anak di Kabupaten Malang Dipicu Persoalan Tanah

Thoyib, lanjut dia, mengalami luka bacok cukup parah di pergelangan tangan hingga urat nadinya putus.

“Selama perawatan Thoyib akan dijaga oleh anggota selama 24 jam. Setiap perkembangan kesehatannya akan terus kami awasi,” sambung dia.

Kekinian, Samsul dan Sukarman masih diinterogasi di Mapolres Malang. Pihaknya akan memeriksa apa peranan mereka dalam duel carok tersebut.

“Sementara Samsul dan Sukarman ketika sampai di Mapolres Malang langsung kami mintai keterangan,” ujarnya.

“Peran ketiganya inilah yang kini terus didalami oleh polisi,” imbuhnya.

Baca Juga: Ini Kronologis Carok Maut di Malang Tewaskan Bapak dan Anaknya

Ia menambahkan, bahwa jenazah Mujiono dan Irwan masih diotopsi di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang.

“Hasil otopsinya sampai saat ini belum keluar,” ujarnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, bapak-anak warga Dusun Sumbergentong, Desa Klepu, Kecamatan Sumbermanjing Wetan (Sumawe) ditemukan tewas, Jumat (29/1/2021). Keduanya diduga menjadi korban duel carok.

Terungkap kubu lawan duel carok adalah Thoyib dan dua kerabat. Kepala dusun yang baru itu terlibat cekcok dengan mantan kepala dusun Mujiono, diduga akibat persoalan tanah kas desa.