SuaraMalang.id - Menjelang akhir November, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa Malang Raya akan memasuki musim hujan.
Menanggapi prediksi tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang telah mengidentifikasi beberapa titik yang rawan terjadi banjir di wilayah tersebut.
Plt Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Malang, Ichwanul Muslimin, mengungkapkan bahwa banjir sering terjadi di sepanjang aliran sungai dan di wilayah lahan kritis.
"Salah satu contoh adalah Desa Sitiarjo di Kecamatan Sumbermanjing Wetan, di mana banjir rob sering terjadi ketika air laut meningkat dan gelombang pasang lebih rendah, menyebabkan air sungai mengalir balik ke daratan," jelas Ichwanul, Kamis (7/11/2024).
Baca Juga:Malang Bebas Banjir 2028? Ini Janji Calon Wali Kota Wahyu Hidayat
Ichwanul menambahkan, banjir juga sering disebabkan oleh sumbatan sampah di sungai, seperti yang terjadi di Kepanjen, di mana sampah menyumbat saluran dan menyebabkan air meluap.
Dari 33 kecamatan di Kabupaten Malang, setidaknya 17 di antaranya dianggap rawan banjir. Kecamatan Pujon, Ngantang, dan Kasembon, yang terletak di barat Malang, dikategorikan sebagai kawasan rawan banjir dan longsor karena kontur tanahnya yang berpasir tidak mampu menahan debit air yang berlebih.
Di selatan Malang, yang berdekatan dengan laut, keadaan menjadi lebih kompleks karena banyaknya sungai mati yang dapat teraliri air ketika banjir terjadi.
"Permasalahan utama di sini adalah sungai mati yang sering berubah arah akibat getaran dari gempa, yang berpotensi menciptakan jalur baru yang mengarah ke pemukiman," papar Ichwanul.
BPBD Kabupaten Malang telah mengambil langkah-langkah pencegahan dengan mengirimkan surat peringatan deteksi dini kepada camat, lurah, dan kepala desa di wilayah terdampak. Surat ini mengimbau untuk melakukan pembersihan sungai secara berkala untuk mengurangi risiko banjir.
Baca Juga:Hutan Malabar Jadi Juru Selamat Banjir di Kota Malang?
"Kami mengandalkan partisipasi aktif dari masyarakat karena kami memiliki keterbatasan personel dan sumber daya," ungkap Ichwanul.
BPBD juga berupaya mengkondisikan embung-embung agar tetap berfungsi sebagai tampungan air, mencegah luapan air yang bisa menyebabkan banjir lebih lanjut.
Kontributor : Elizabeth Yati