Candi tersebut dipergunakan untuk ibadah hari Waisak sejak 1989.
"Tahun pertama kali digunakan tahun 1989 itu seluruh umat Buddha ibadah di candi karena satu-satunya candi bercorak Buddha di Jawa Timur," tuturnya.
Setelah melakukan kebaktian, umat Buddha dari lima majelis itu langsung melaksanakan meditasi. Terlihat semua umat berdiam diri hingga menunggu detik-detik hari Waisak sekitar pukul 11.11.
"Dan selanjutnya ada ceramah dari banthe dan diakhiri dengan penutupan acara," ujarnya.
Sementara itu, Pereakilan Majelis Buddha Tantrayana, Joko mengaku bahagia bisa melaksanakan upacara Hari Waisak secara bersama-sama dengan majelis lainnya di satu lokasi.
"Kalau dua tahun lalu kami di Wihara masing-masing. Dan itu hanha pengurus saja. Kalau ruangan 10 orang ya 10 orang. Kalau sekaranh lebih guyup dan tidak lepas prokes begitu," tuturnya.
Dia pun berharap, Hari Raya Waisak 2022 ini umat Buddha mampu mempraktikan ajaran Buddha di kehidupan nyata.
"Harapannya agama ini perlu kita lakukan praktik di dunia nyata ajarannya dengan meditasi. Perayaan apapun kalau kita tidak praktik meditasi, kita tidak akan jadi umat yang utuh," katanya menegaskan.
Kontributor : Bob Bimantara Leander
Baca Juga:Rayakan Waisak, Ratusan Umat Buddha di Bengkulu Berjalan Kaki Keliling Vihara