Tradisi Warga Banyuwangi ke Mata Air Keramat Penawar untuk Bekal Ramadhan

Airnya yang bening dan segar, membuat masyarakat sekitar hingga para pengunjung lintas daerah berlomba-lomba membawa wadah penampung air untuk diminum setiap hari.

Abdul Aziz Mahrizal Ramadan
Jum'at, 01 April 2022 | 14:46 WIB
Tradisi Warga Banyuwangi ke Mata Air Keramat Penawar untuk Bekal Ramadhan
Warga berbondong-bondong mengambil air di sumber mata air penawar, Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi. [Suara.com/Achmad Hafid Nurhabibi]

SuaraMalang.id - Menjelang Ramadhan 2022, sumber mata air penawar yang terletak di Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi mulai ramai dikunjungi warga.

Konon, air muncul dari sumber di kawasan perbukitan tersebut diyakini bisa menjadi penawar atau menyembuhkan berbagai penyakit.

Airnya yang bening dan segar, membuat masyarakat sekitar hingga para pengunjung lintas daerah berlomba-lomba membawa wadah penampung air untuk diminum setiap hari.

Apalagi menjelang puasa, kesegaran air penawar dengan sejuta khasiat yang diyakini, menjadi alasan warga untuk menyimpannya sebagai bekal buka puasa dan sahur.

Baca Juga:Tentukan Awal Ramadhan Pakai Sistem Khumasi, Ponpes di Jember Ini Sudah Tarawih dan Puasa Lebih Dulu

Ali, salah satu pengunjung sumber mata air penawar membandingkan air disini dengan air ditempat lain memang berbeda, terlebih menjelang puasa, dia lebih suka minum di waktu buka puasa maupun sahur menggunakan air disini. 

"Namanya kan sumber penawar, ya mungkin bisa memberikan sebuah penawar. Entah penawar dahaga, penawar penyakit, fan penawar lainnya," kata Ali.

Kemudian, juru kunci sumber mata air penawar, Mustofa menyatakan kenaikan pengunjung menjelang bulan ramadhan sudah mulai tampak dan sudah mulai ramai dikunjungi.

"Kalau bulan puasa pasti ramai, sekitar jam 2 siang ke atas, sampai hampir maghrib pasti banyak warga mengambil air. Airnya segar katanya mampu melepas dahaga saat puasa," ujar Mustofa, Jumat (1/4/2022).

Mustofa menjelaskan, asal muasal sumber mata air penawar ini dimulai dari cerita ratusan tahun silam, 3 orang murid asal pulau Madura yang telah lama mengidap penyakit diperintahkan gurunya untuk mencari sendiri obat penyakitnya yang terletak di ujung timur pulau Jawa.

Baca Juga:Jamaah Ponpes Mahfilud Duror Jember Hari Ini Sudah Puasa, Semalam Juga Sudah Tarawih

Namun tak semuanya memegang teguh arahan gurunya, dua orang murid lebih memilih pulang ke madura dan tidak melanjutkan perjalanan mencari penawar.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini