SuaraMalang.id - Untuk menentukan awal bulan Ramadhan dan Syawal, dalam Al-Quran dan Hadits dikenal dua metode, yakni hisab dan rukyatul hilal.
Dua metode inilah yang dipakai ummat Islam di Indonesia. Organisasi Islam Muhammadiyah misalnya. Mereka menggunakan metode hisab atau perhitungan astronomi. Metode ini disebut sebagai hisab hakiki wujudul hilal.
Semua kriteria tersebut terpenuhi maka sudah menandakan bulan baru. Tidak peduli berapa derajat perhitungan astronomi untuk ketinggian hilalnya.
Sementara organisasi Islam lain, termasuk Nahdlatul Ulama (NU) memilih metode rukyatul hilal atau pengamatan secara langsung. Biasanya dilakukan dengan cara mata telanjang atau meneropong menggunakan teleskop.
Pengamatan hilal bisa dilakukan dengan menggunakan mata telanjang atau dengan teleskop. Biasanya hilal akan diamati pada saat sore hari menjelang maghrib. Untuk hasil yang lebih jelas, orang akan melakukan pengamatan di tepi pantai atau di dataran tinggi.
Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementerian Agama (Kemenag) pun memakai metode rukyatul hilal ini. Oleh sebab itu, biasanya untuk menetapkan 1 Ramadhan atau 1 Syawal dilakukan sidang isbat untuk melihat hasil dari rukyatul hilal tersebut.
Jumat, 01 April 2022, sore ini pemerintah juga bakal menggelar sidang isbat untuk menentukan 1 Ramadhan 1443 H.
Lalu apa Itu Hilal?
Metode pengamatan hilal dipelajari dalam ilmu falak. Menurut ilmu falak, hilal merupakan bulan baru berbentuk sabit yang muncul pertama setelah ijtima'.
Pengertian ijtima' merupakan konjungsi geosentris di mana posisi bumi dan bulan berada di antara bujur yang sama ketika diamati dari bumi sesaat setelah matahari terbenam.
Sedangkan hilal menurut bahasa, dilansir dari NU Online berasal dari tiga huruf ha-lam-lam, huruf ini sama dengan terbentuknya kata fi’il ha-la dan a-ha-la. Jadi menurut bahasa Arab hilal artinya bulan sabit yang nampak pada awal bulan.
Dalam agama Islam, hilal dijadikan sebagai penentu perbedaan waktu dan menentukan kapan waktu yang tepat untuk beribadah kepada Allah SWT. Metode ini juga digunakan oleh Rasulullah dan para sahabat pada zaman dahulu untuk menentukan awal bulan dalam kalender islam.
Hal tersebut dijelaskan dalam surah Al-Baqarah ayat 189 yang artinya:
"Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji; Dan bukanlah keistimewaan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebiasaabn itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu menjadi beruntung."
Melalui pemahaman penggalan ayat tersebut dapat diketahui bahwa fenomena Hilal digunakan sebagai penentu waktu datangnya bulan baru (qamariyah) atau awal bulan (hijriyah) menjadi tolak ukur waktu mulainya peribadatan umat muslim di dunia, salah satunya penentuan awal mulainya ibadah puasa Ramadan.
Dari beberapa pengertian menurut Al-Qur'an, As-Sunnah dan ilmu sains, hilal atau bulan sabit akan nampak dengan cahaya yang terlihat dari bumi di awal bulan. Hal ini menandakan bahwa hilal muncul bukan hanya sekedar pemikiran atau dugaan yang dibuat oleh manusia.
Oleh sebab itu, jika bentuk atau cahayanya tidak nampak maka tidak disebut dengan hilal. Hal ini lah yang kemudian dijadikan sebagai penuntu berakhirnya bulan dan datangnya bulan baru.
Pada penentuan bulan Ramadhan 1443 H, pengamatan hilal akan dilakukan pada tanggal 29 bulan Syaban atau 1 April 2022. Selanjutnya Kementrian Agama (kemenag) akan melakukan sidang isbat di hari yang sama, sebagai penentuan mulainya bulan Ramadhan.
Demikian penjelasan mengenai apa itu hilal? Metode yang sering digunakan sebagai penentu awal bulan dalam kalender hijriah. Semoga bermanfaat.