SuaraMalang.id - Kekhawatiran Indonesia terhadap rencana Australia unruk untuk memperoleh kapal selam bertenaga nuklir disambut banyak pihak.
Meskipun hanya sebuah kapal, bukan senjata nuklir, namun rencana Australia tersebut tetap mengkhawatirkan bagi Indonesia sebagai negara terbesar di ASEAN.
"Indonesia sebagai negara terbesar di ASEAN harus menyuarakan (kekhawatiran) itu," kata Direktur Jenderal Departemen Pengendalian Senjata, Kementerian Luar Negeri China (MFA), Fu Cong, kepada ANTARA di Beijing, Selasa (04/01/2022).
Untuk pertama kalinya pemimpin lima negara dari China, Prancis, Rusia, Inggris, dan Amerika Serikat mengeluarkan kesepakatan bersama untuk mencegah perang nuklir dan menghindari perlombaan nuklir.
Baca Juga:China Kembali Dilanda Covid-19, Sehari Tambah Ratusan Korban
China juga mendorong Indonesia agar terus menyuarakan kekhawatirannya atas rencana pengembangan kapal selam nuklir Australia.
Ditemui seusai konferensi pers mengenai kesepakatan bersama lima negara nuklir, Fu Cong menyatakan dukungannya terhadap Indonesia yang merasa khawatir atas keputusan Australia.
Sebelumnya Indonesia dan Malaysia menyatakan kekhawatiran atas rencana kapal selam nuklir melalui Traktat Trilateral Keamanan Australia, Inggris, dan Amerika Serikat (Aukus).
Fu menilai rencana tersebut bagian dari standar ganda AS dan Inggris dalam masalah nuklir, terutama jika dikaitkan dengan Iran dan Korea Utara.
Kelima negara anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang memiliki senjata nuklir (P5) pada Senin (3/1) malam, untuk pertama kalinya menyepakati pencegahan perang dan penghindaran kompetisi nuklir.
Baca Juga:Anggota Tetap DK PBB Tegaskan Tak Ada yang Bisa Menang Perang Nuklir
"Kesepakatan tersebut menegaskan bahwa nuklir tidak boleh digunakan untuk kompetisi dan peperangan," ujarnya dalam jumpa pers yang diikuti awak media dari dalam dan luar negeri itu.
- 1
- 2