SuaraMalang.id - Duka mendalam menyelimuti masyarakat, khususnya warga Nahdlatul Ulama (NU). Telah wafat, KH Agus Sunyoto pada Selasa (27/4/2021) bertepatan hari ke-15 Ramadhan. Ketua Lesbumi PBNU yang juga sejarawan berdedikasi itu menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Angkatan Laut dr Ramelan Surabaya, Jawa Timur, sekitar pukul 07.25 WIB
Melansir nu.or.id, KH Agus Sunyoto sosok sejarawan berdedikasi tinggi, itu terlihat dalam setiap upayanya dalam meluruskan sejarah. Seperti memberikan keyakinan kepada masyarakat dan pemerintah bahwa sejarah Wali Songo adalah sebuah fakta, bukan mitos.
Hal Itu dilakukan dengan pendekatan arkeologis dan sejarah total, hingga lahir karya buku Atlas Wali Songo. Buku pertama yang mengungkap Wali Songo sebagai fakta sejarah dengan mengungkap bukti-bukti yang komprehensif.
KH Agus Sunyoto berhasil menghadirkan sejarah Wali Songo sebagai sebuah fakta sejarah dengan merujuk pada sumber-sumber primer.
Baca Juga:Trending di Google, Ini Profil Sunan Ampel dan Konsep Dakwah Moh Limo
Awalnya, sumber-sumber primer sejarah Wali Songo yang beraksara Jawa dan tidak mudah diakses itu membuat beberapa orang menilai bahwa Wali Songo adalah fiktif bahkan mitos.
Atas dedikasinya itu, buku Atlas Wali Songo pernah mendapat penghargaan “Buku Terbaik Nonfiksi” pada 2014 versi Islamic Book Fair. Penghargaan diberikan pada Sabtu (1/3/2014) di Istora Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta Pusat. Penganugerahan buku tersebut diserahkan Ketua Dewan Pertimbangan Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Pusat Setia Dharma Madjid kepada Agus Sunyoto.
Perspektif sejarahnya yang luas, menjadikan KH Agus Sunyoto sebagai salah satu pakar perintis berdirinya jurusan Islam Nusantara di STAINU Jakarta (kini Unusia) yang dimulai pada 2013. Ia senantiasa hadir memberikan perspektif sejarah baru dalam setiap forum pengembangan kurikulum sejarah Islam Nusantara yang dilakukan oleh STAINU Jakarta. KH Agus Sunyoto juga sosok sejarawan yang terus menekankan pentingnya memiliki rasa bangga terhadap khazanah dan kearifan sejarah bangsa Indonesia. Menurut beliau, mental bangsa Indonesia yang kerap minder terhadap bangsa lain karena tidak banyak memahami sejarah dan kehebatan bangsa Nusantara.
Beliau juga sejarawan yang memiliki kesadaran untuk membangunkan generasi muda Indonesia terhadap tradisi dan budaya adiluhung, serta kearifan lokal yang dimiliki bangsa Indonesia.
Sebab itu, ketika memimpin Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi), KH Agus Sunyoto menggagas Saptawikrama yang berisi tujuh strategi kebudayaan. Saptawikrama dalam bahasa Arab al-qawa’id as-sab’ah atau secara bahasa berarti tujuh kakuatan. KH Agus Sunyoto mengatakan, pada saat ini umat Islam Indonesia, khususnya warga NU menghadapi dua gelombang tantangan kebudayaan besar, dari barat dan timur. Sebab itu perlu adanya strategi kebudayaan yang berangkat dari kekuatan-kekuatan yang dimiliki bangsa Indonesia.
Baca Juga:Sejarah Sunan Ampel Sebar Islam di Nusantara
Berikut isi Saptawikrama Lesbumi NU:
- Menghimpun dan mengonsolidasi gerakan yang berbasis adat istiadat, tradisi, dan budaya Nusantara.
- Mengembangkan model pendidikan sufistik (tarbiyah wa ta’lim) yang berkaitan erat dengan realitas di tiap satuan pendidikan, terutama yang dikelola lembaga pendidikan formal (ma’arif) dan Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI).
- Membangun wacana independen dalam memaknai kearifan lokal dan budaya Islam Nusantara secara ontologis dan epistemologis keilmuan.
- Menggalang kekuatan bersama sebagai anak bangsa yang bercirikan Bhinneka Tunggal Ika untuk merajut kembali peradaban Maritim Nusantara.
- Menghidupkan kembali seni budaya yang beragam dalam ranah Bhinneka Tunggal Ika berdasarkan nilai kerukunan, kedamaian, toleransi, empati, gotong royong, dan keunggulan dalam seni, budaya dan ilmu pengetahuan.
- Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan gerakan Islam Nusantara.
- Mengutamakan prinsip juang berdikari sebagai identitas bangsa untuk menghadapi tantangan global.
Profil KH Agus Sunyoto
KH Agus Sunyoto lahir pada 21 Agustus 1959 di Surabaya. Beliau menikah dengan Nyai Nurbaidah Hanifah. Kiai Agus dikaruniai empat anak, yaitu Zulfikar Muhammad, Fahrotun Nisa, Hayuningrat, Izzulfikri Muhammad, dan Dedy Rahmat. Kiai Agus Sunyoto merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Global Tarbiyatul Arifin, Malang, Jawa Timur.
Selain pendidikan di sekolah umum, KH Agus Sunyoto juga menempa ilmu di beberapa pondok pesantren. Pada awal-awal beliau belajar ilmu hikmah di Pesantren Nurul Haq Surabaya yang diasuh oleh KH. M. Ghufron Arif. Setelah selesai belajar di Pesantren Nurul Haq, beliau melanjutkan pendidikannya dengan belajar kepada KH. Ali Rochmat di Wedung, Demak, Jawa Tengah.
Pada tahun 1994 masuk Pesulukan Thariqah Agung (PETA), Kauman, Tulungagung di bawah asuhan KH. Abdul Jalil Mustaqiim dan KH. Abdul Ghofur Mustaqiim.
Riwayat Pendidikan
- Mengikuti pendidikan di SDN Tembaan I Surabaya tahun 1966 lulus 1973
- Mengikuti pendidikan di SMP Simpang Jaya Surabaya tahun 1973 lulus 1977
- Mengikuti pendidikan di SMAN IX Surabaya tahun 1977 lulus 1980
- Mengikuti pendidikan S-1 di IKIP Negeri Surabaya tahun 1980 lulus 1985
- Mengikuti pendidikan S-2 di IKIP Negeri Malang tahun 1986 lulus 1989