SuaraMalang.id - Para perajin tempe di Kota Malang ‘babak belur’ dihantam pandemi Covid-19, sepanjang 2020 lalu.
Memasuki 2021, kondisi bukan membaik malah semakin parah. Lantaran harga kedelai melambung, dari Rp 6.500 per kilogram menjadi Rp9.200 hingga Rp10.000 per kilogram.
Ketua Paguyuban Sentra Industri Tempe Sanan Kota Malang, M Arif Sofyan Hadi mengatakan, ada sekitar 636 perajin tempe dan keripik tempe di wilayahnya kian terpuruk sejak pandemi Covid-19 merebak, Maret 2020 silam. Naiknya harga bahan baku kedelai, beberapa hari terakhir, semakin memperparah kondisi.
"Hampir enam bulan semenjak pandemi Maret 2020 lalu kami produksi seminggu sekali. Biasanya kami produksi sehari sekali," katanya, Senin (4/1/2021).
Baca Juga:Jukir di Kota Malang Bergaji Rp 2,9 Juta, Anda Tertarik?
Kekinian, lanjut dia, para perajin tidak berani memproduksi untuk stok. Mereka baru melakukan produksi jika ada pesanan.
"Banyak perajin yang libur gara-gara Covid-19 apalagi sekarang ditambah kedelai naik. Sebagian perajin sekarang hanya nunggu order saja, gak berani stok. Sebagian lainnya masih terus produksi," ujarnya.
Ia menambahkan, sebagian perajin masih dapat bertahan lantaran memanfaatkan limbah produksi untuk pakan ternak.
"Limbahnya bisa untuk penggemukan sapi. Limbah kedelai sama kulit. Nanti enam bulan baru bisa dipanen," jelasnya.
Ia berharap kondisi para perajin tempe ini menjadi perhatian pemerintah. Selain juga berharap agar harga kedelai bisa kembali stabil.
Baca Juga:10 Hotel di Malang dengan Fasilitas Lengkap dan Pemandangan Indah
"Ya mudah-mudahan ada solusinya. Karena kalau begini harga tempe juga ikut naik, keripik tempe juga kena imbas. Mau jual mahal sulit, pembeli juga nggak ada," ungkapnya.