Scroll untuk membaca artikel
Bernadette Sariyem
Minggu, 16 Februari 2025 | 21:21 WIB
Keramba Ikan Nila. (Suara.com/Maria)

SuaraMalang.id - Bupati Malang, HM Sanusi, menunjukkan keseriusan dalam mengembangkan Kabupaten Malang sebagai pusat budi daya ikan nila.

Dengan ketersediaan air yang melimpah dan berkualitas jernih, daerah ini dianggap memiliki potensi besar untuk menjadi pusat produksi ikan nila di Indonesia.

Keseriusan ini disampaikan oleh Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Malang, Tomie Herawanto.

"Potensi budi daya nila di Kabupaten Malang sangat bagus. Kami membutuhkan dukungan dari berbagai perangkat daerah untuk mengembangkannya," ujar Tomie, Minggu (16/2/2025).

Baca Juga: Invasi Ular di Malang! Puluhan Laporan Evakuasi dalam 2 Bulan, Warga Diminta Waspada

Target Kabupaten Nila Terealisasi pada 2026

Berdasarkan data Dinas Perikanan Kabupaten Malang, produksi ikan nila di daerah ini telah mencapai 5.000 ton per tahun.

Untuk memaksimalkan potensi ini, pemerintah akan melakukan pemetaan wilayah dengan sumber air memadai agar bisa dikembangkan sebagai sentra budi daya ikan nila.

"Kami berharap wilayah dengan sumber air yang baik bisa berkembang menjadi kawasan budi daya ikan nila," kata Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Malang, Victor Sembiring.

Enam Desa Sudah Ditetapkan sebagai Sentra Budi Daya Nila

Baca Juga: Sanusi-Lathifah Prioritaskan Program Makan Bergizi Gratis di 100 Hari Pertama

Saat ini, sudah ada enam desa di Kabupaten Malang yang dikembangkan sebagai kawasan budi daya nila, yaitu:

  • Desa Pandanajeng
  • Desa Patokpicis
  • Desa Bangelan
  • Desa Sananrejo
  •  Desa Sumberngepoh
  • Desa Sukoanyar

Pada 2025, pengembangan budi daya nila akan diperluas ke 10 kecamatan tambahan.

"Kami akan mengomunikasikan dengan anggota DPRD agar program pokok pikiran (pokir) bisa diarahkan ke sektor ini. Dengan begitu, setiap kecamatan yang memiliki sumber air memadai dapat dikembangkan sebagai pusat budi daya ikan nila," jelas Victor.

Untuk daerah yang memiliki sumber air terbatas, pemerintah akan menyediakan kolam bioflok sebagai alternatif budi daya nila.

Sistem bioflok memungkinkan ikan dibudidayakan dalam kolam buatan dengan sirkulasi air yang efisien, sehingga bisa tetap berkembang meskipun sumber airnya terbatas.

Keberhasilan budi daya nila sudah terlihat, salah satunya di Desa Sananrejo. Awalnya, desa ini hanya memiliki 5.000 meter persegi lahan perikanan nila, tetapi kini telah berkembang menjadi 1,5 hektare.

  • Produksi per hektare: 30 ton per siklus (6 bulan).
  • Produksi per tahun: 60 ton per hektare.

Dengan semakin meningkatnya produksi, ikan nila menjadi sumber pangan kaya gizi yang berkontribusi terhadap pencegahan stunting pada anak-anak.

"Tren konsumsi ikan di masyarakat terus meningkat karena harganya terjangkau dan kaya nutrisi," tambah Victor.

Kontributor : Elizabeth Yati

Load More