Scroll untuk membaca artikel
Baehaqi Almutoif
Rabu, 08 Januari 2025 | 08:57 WIB
Ilustrasi Kantin Sekolah. (Shutterstock)

SuaraMalang.id - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) mulai dimulai di Malang. Beberapa sekolahan telah melaksanakannya,salah satunya di SMPN 2 Kepanjen.

Namun, di balik pelaksanaan program MBG di sekolah tersebut ada pihak yang terlupakan, yakni ibu kantin.

Mereka yang sebelumnya berjualan di sekolah mengluhkan mengalami dampak dari program tersebut.

Salah satu pedagang di Kantin SMPN 2 Kepanjen, Kabupaten Malang, Ria mengakui dampak program tersebut.

Baca Juga: Ahli Gizi Soroti Program MBG: Hilang Satu Komponen Tak Bisa Disebut Makan Bergizi

"Biasanya habis sekian, kemarin seperempat pun nggak ada. Kemarin anak-anak Saya tanya, kok nggak ke Kantin? Bilangnya, untuk apa bayar (membeli makan) kalau ada yang gratisan, bilangnya seperti itu," kata Ria dikutip dari TIMES Indonesia--partner Suara.com, Selasa (7/1/2025).

Dia menyampaikan, dalam sehari biasanya bisa menjual puluhan porsi mangkok. Namun, sejak program tersebut diterapkan, omsetnya turun drastis.

"Kemarin itu, cuma terjual 25 mangkok. Padahal, biasanya 5 kilogram mie itu masih kurang, bisa (habis) buat 50-70 mangkok tergantung besar kecil porsinya. Ada saja yang beli, waktu istirahat itu makan (di sini) semua," terang Ria.

Sejak pelaksanaan makan bergizi gratis, boro-boro Ria bisa menjual 5 kilogram, menjual 3 kilogram saja tidak habis.

"Hari ini sediakan 3 kilogram mie, itu saja nggak habis. Ya, turun sekitar 80 persen lah. Saya bisa bilang kedikitan banget. Teman-teman yang lain, bisa sampai 90 persen berkurangnya. Yang, jualan nasi sama ayam geprek misalnya," ungkap Ria.

Baca Juga: Tak Libatkan Pemprov Jatim, Makan Bergizi Gratis Baru Delapan Daerah

Kondisi yang dialami Ria tersebut juga dirasakan para pedagang lainnya. Dirinya berharap ada solusi, karena bagaimanapun stan kantin di sekolah tetap menyewa.

Mulai awal program diterapkan, para pedagang sudah dikumpulkan oleh pihak sekolah. "Kami dikumpulkan di kantor (sekolah). Ini nanti ada program makan gratis. Tapi mohon maaf, kalau seperti itu terus, Kantin apa ada gantinya dari pemerintah?," kata Ria.

Dia mengaku telah menampaikan keluh kesahnya kepada sekolahan. Namun, belum ada jawabannya.

"Kalau Saya sendiri, ya mengurangi. Biar tidak mubazir, jadi sebisanya habis. Sedangkan di Kantin ini kan bayar. Ndak gratisan. Jadi pihak sekolah belum bisa jawab pertanyaan," tegasnya.

Ria menyewa kantin di SMPN 2 Kepanjen seharga Rp3 juta per bulan. Dia menjual mienya Rp5 ribu per mangkuk.

Guru SMPN 2 Kepanjen bagian Kesiswaan, Purwantiningsih mengatakan ada 789 siswa di SMPN 2 Kepanjen. siswa senang dan gembira, terutama anak-anak dari keluarga kurang mampu, merasa senang karena mereka jarang makan ikan dan ayam.

"Tadi pakai ikan goreng, ketika mereka dapat makan syukurnya luar biasa. Tetapi, hari ini susu diganti air putih," terang Purwatiningsih.

Sementara soal para pedagang, Purwantiningsih menyebut bukannya tidak ada jawaban.

"Kami masih menunggu hasil evaluasi karena juknis baru turun kemarin, sehingga kita belum bisa menentukan sikap. Kita lihat evaluasinya dulu seperti apa, baru sekolah bisa memberikan kebijakan. Karena kami belum tahu juga, program ini akan berjalan satu atau dua minggu atau berapa lama," katanya.

Soal omset pedagang di Kantin, diakuinya memang turun seperti disampaikan penjual.

"Nah, ini berkaitan dengan sewa. Kebijakan nanti disitu, sewanya diturunkan sepeti itu. Jadi ini masih evaluasi. Kantin itu semua pegawai kita, yaitu Kantin Dharma Wanita, bukan Kantin penjual dari luar," ujar perempuan berjilbab ini.

Load More