Scroll untuk membaca artikel
Bernadette Sariyem
Jum'at, 11 Oktober 2024 | 14:51 WIB
ilustrasi biji kopi. (Pexels/MaksimGonchar)

Harga kopi yang sebelumnya berkisar antara Rp 25.000 hingga Rp 30.000 per kilogram, kini melonjak hingga Rp 40.000 sampai Rp 60.000 per kilogram.

Kenaikan ini membuat biji kopi menjadi komoditas yang sangat menggiurkan bagi para pencuri.

“Para pelaku diduga memanfaatkan kondisi harga yang sedang tinggi untuk mendapatkan keuntungan besar dengan cara mencuri. Oleh karena itu, kami mengimbau para petani untuk lebih berhati-hati dan selalu mengawasi kopi mereka saat sedang dijemur,” jelas Munir.

Sosialisasi dan Langkah Antisipasi

Baca Juga: Rumah di Kota Batu Terbakar Diduga Gegara Charger Handphone

Sebagai langkah antisipasi, pemerintah desa telah mensosialisasikan kepada warga untuk lebih waspada terhadap aktivitas mencurigakan di sekitar kebun atau tempat penjemuran kopi.

Warga juga diminta untuk mengawasi kebun mereka secara bergantian atau menjemur kopi di tempat yang lebih aman, seperti di halaman rumah yang tertutup atau di bawah pengawasan ketat.

“Habis ada pencurian ini, nyaris tidak ada lagi yang menjemur kopi di pinggir jalan. Kami juga mengimbau kepada warga yang mengalami kehilangan kopi agar melaporkan kejadian tersebut, supaya bisa ditindaklanjuti dengan lebih serius,” tutur Munir.

Kejadian ini menjadi peringatan bagi para petani kopi di wilayah Desa Giripurno dan sekitarnya untuk lebih berhati-hati dalam menjaga hasil panen mereka.

Pemerintah desa berharap, dengan adanya peningkatan kewaspadaan dan kerjasama dari seluruh warga, aksi pencurian kopi ini bisa diminimalisir.

Baca Juga: Vila di Kota Batu Dibuat Pesta Seks, Satpol PP Akui Sulit Terungkap

Para petani juga disarankan untuk bekerja sama dalam menjaga keamanan, terutama di masa panen kopi, ketika hasil panen sedang berada dalam kondisi rentan terhadap aksi pencurian.

Dengan begitu, mereka dapat terus memanfaatkan kenaikan harga kopi yang sedang tinggi tanpa harus mengalami kerugian yang disebabkan oleh pencurian. 

Kontributor : Elizabeth Yati

Load More