SuaraMalang.id - Angka stunting di Kabupaten Malang mengalami fluktuasi dalam delapan bulan terakhir.
Berdasarkan hasil bulan timbang terbaru pada Agustus 2024, tercatat 9.513 anak atau 6,17 persen dari total 154.292 anak yang diukur mengalami stunting.
Meski demikian, angka ini lebih rendah dibandingkan hasil survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) pada 2023 yang mencatat prevalensi stunting di Kabupaten Malang sebesar 19,5 persen, turun dari 23 persen pada 2022.
Bupati Malang, H M. Sanusi, menegaskan komitmennya untuk terus menekan angka stunting dengan berbagai upaya, termasuk pemberian makanan bergizi kepada ibu hamil dan anak.
“Kami juga terus mengedukasi ibu hamil untuk menerapkan pola hidup sehat,” kata Sanusi, Selasa (17/9/2024).
Sanusi menargetkan penurunan angka stunting hingga 50 persen pada tahun depan.
“Kami harap bersama kader kesehatan, penderita stunting bisa menurun 50 persen pada tahun depan dan bisa mencapai zero stunting pada 2026,” tambahnya.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang, Gunawan Djoko Untoro, menjelaskan bahwa stunting berkaitan dengan tinggi badan (TB) dan usia anak, serta harus diikuti dengan indikator lain seperti pemenuhan gizi.
“Anak pendek belum tentu stunting, namun pendek bisa menjadi gejala awal adanya masalah tumbuh kembang,” kata Gunawan.
Baca Juga: Kejanggalan Pengadaan Ambulans Mewah di Malang: Spek Berubah, Harga Selangit
Indikator utama stunting adalah tinggi badan di bawah rata-rata usia anak serta penurunan kemampuan kognitif.
Namun, karena pengukuran kognitif memerlukan pemeriksaan lebih lanjut, kategori stunting biasanya hanya didasarkan pada tinggi badan.
Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Malang, Didik Gatot Subroto, menyebutkan salah satu program prioritas adalah Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi anak-anak di wilayah dengan prevalensi stunting tinggi.
Koordinasi antara berbagai instansi, seperti Dinas Kesehatan, Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB), serta pemerintah desa menjadi penting dalam pelaksanaan program ini.
“Wilayah-wilayah dengan angka stunting tinggi seperti Pujon, Ngantang, dan Jabung akan menjadi fokus prioritas penanganan,” ujar Didik.
Kontributor : Elizabeth Yati
Berita Terkait
-
Kejanggalan Pengadaan Ambulans Mewah di Malang: Spek Berubah, Harga Selangit
-
Ancaman 12 Tahun Penjara untuk Pria yang Perkosa Penyandang Disabilitas di Malang
-
Satu Wisatawan Masih Hilang Pasca Tenggelam di Sungai Coban Kedung Darmo
-
Selasa Besok Pemutusan Sementara Layanan Air di Sawojajar Akibat Perbaikan Pipa
-
GUS Siapkan 'Satu Desa Satu Ambulans' dalam Pilkada Malang 2024
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
Terkini
-
Kapan Operasi Zebra Semeru 2025? Ini Penjelasan Polres Malang
-
BRI Cetak Pertumbuhan Positif Berkat Fokus pada Pemberdayaan UMKM
-
Kasus Bullying di Sukun Gegerkan Publik, Pemkot Malang Turun Tangan!
-
BRI Hadirkan Layanan di 80% Desa Lewat AgenBRILink, Dukung Ekonomi Kerakyatan Sampai Wilayah 3T
-
Polresta Malang Kota Selidiki Kasus Perundungan Anak di Jalur Pemakaman, Video Viral di Medsos