SuaraMalang.id - Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Batu mengungkapkan, masih ada ribuan keluarga di wilayah tersebut yang berisiko mengalami stunting.
Menurut data yang direkam oleh dinas tersebut, sebanyak 5.621 keluarga berada dalam kategori risiko tinggi, dengan 2.161 keluarga saat ini mendapatkan pendampingan intensif.
Kabid Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana DP3AP2KB Kota Batu, Muhammad Hartoto, menyatakan bahwa faktor utama yang menyebabkan risiko stunting di antara anak-anak di daerah ini adalah pola makan yang tidak tepat dan pola asuh yang kurang memadai.
"Banyak kasus di mana orang tua bekerja dan anak dititipkan kepada nenek atau pembantu, yang mungkin tidak memperhatikan asupan gizi yang cukup untuk anak," jelas Hartoto, Rabu (17/7/2024).
Untuk mengatasi masalah ini, DP3AP2KB telah mengerahkan Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang berjumlah 164 tim dengan 492 kader di berbagai desa dan kelurahan.
Tim-tim ini bertugas untuk melakukan pendampingan dan memastikan bahwa keluarga-keluarga berisiko mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan untuk menghindari stunting.
"Proses intervensi yang kami lakukan bersifat sensitif, dimana 70 persen adalah intervensi sensitif dan 30 persen adalah intervensi spesifik," kata Hartoto.
Intervensi sensitif ini meliputi pendidikan dan pelatihan untuk orang tua tentang nutrisi dan pola asuh yang sehat, sedangkan intervensi spesifik melibatkan pemberian makanan tambahan atau obat-obatan jika diperlukan.
DP3AP2KB Kota Batu juga melakukan kerjasama erat dengan Dinas Kesehatan untuk memberikan dukungan yang komprehensif.
Baca Juga: Demi Pilkada 2024, Pj Wali Kota Malang Ajukan Surat Mundur ke Mendagri
"Kami bekerja sama dalam hal intervensi. Sementara DP3AP2KB fokus pada intervensi sensitif, Dinkes mengambil alih pada aspek spesifik seperti nutrisi dan kesehatan," tambah Hartoto.
Penanganan masalah stunting di Kota Batu tidak hanya fokus pada anak yang sudah lahir tetapi juga meliputi tahapan kehidupan lainnya seperti calon pengantin, ibu hamil, dan periode pasca melahirkan hingga anak mencapai usia dua tahun.
Dengan pendekatan yang terstruktur dan dukungan yang berkesinambungan, DP3AP2KB berharap dapat secara signifikan mengurangi jumlah kasus stunting di Kota Batu, menjaga kesehatan generasi mendatang.
Kontributor : Elizabeth Yati
Berita Terkait
-
Demi Pilkada 2024, Pj Wali Kota Malang Ajukan Surat Mundur ke Mendagri
-
Siapa Tamu Perempuan Sebelum Wanita di Pakis Tewas? Polisi Lakukan Penyelidikan
-
Istikharah Membawa Wahyu Hidayat Maju di Pilkada Kota Malang 2024
-
Fakta Baru Wanita di Malang Tewas Bersimbah Darah: Sejumlah Barang Raib
-
Sendirian, Murid Baru SDN Jatimulyo 4 Kota Malang Akhirnya Dipindahkan
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
Pilihan
-
Puluhan Siswa SD di Agam Diduga Keracunan MBG, Sekda: Dapurnya Sama!
-
Bernardo Tavares Cabut! Krisis Finansial PSM Makassar Tak Kunjung Selesai
-
Ada Adrian Wibowo! Ini Daftar Pemain Timnas Indonesia U-23 Menuju TC SEA Games 2025
-
6 Fakta Demo Madagaskar: Bawa Bendera One Piece, Terinspirasi dari Indonesia?
-
5 Rekomendasi HP 1 Jutaan RAM 8 GB Terbaru, Pilihan Terbaik Oktober 2025
Terkini
-
UMKM Naik Kelas Bersama BRI di Ajang Halal Indo 2025
-
Wali Kota Malang Tolak Jalan-jalan ke Luar Negeri Pakai APBD, Ini Alasannya!
-
Gunung Tertinggi di Pulau Jawa Erupsi 5 Kali, Waspada Bahaya Lahar dan Awan Panas
-
Viral Dosen UIN Malang Maliki Diusir Warga, Ini 5 Fakta Versi Sang Dosen!
-
Link DANA Kaget Valid Hari Ini, Cara Mendapatkannya Pun Lebih Mudah