Scroll untuk membaca artikel
Bernadette Sariyem
Selasa, 09 Juli 2024 | 15:26 WIB
Ilustrasi garis polisi di tempat kejadian perkara. [Suara.com/M .Aribowo]

SuaraMalang.id - Warga Desa Urek-urek, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang, dikejutkan dengan kematian Syahroni (19) dalam kondisi yang tidak wajar.

Jenazah Syahroni telah disemayamkan pada Sabtu (6/7/2024) setelah dilakukan serangkaian autopsi dan penyelidikan mendalam oleh pihak kepolisian.

Kasatreskrim Polres Malang, AKP Gandha Syah Hidayat, membeberkan kronologi kejadian tersebut berdasarkan keterangan dari sejumlah saksi, termasuk orang tua korban.

Pada Jumat (5/7/2024) dini hari sekitar pukul 02.30 WIB, Ibu Atin, orang tua korban, mendengar suara orang datang ke rumah.

Baca Juga: Misteri Air Berdarah di Malang Jelang 1 Suro, Warga Temukan Batu Aneh

Namun, ia tidak mengira kejadian tersebut akan berakhir tragis. Menjelang subuh, sekitar pukul 05.30 WIB, adik korban mendapati tubuh kakaknya terasa dingin.

"Korban ini merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Adiknya yang masih belia, sekitar usia anak SD kelas 2, tidak tahu bahwa kakaknya ternyata diduga telah meninggal dunia," ungkap Gandha, Selasa (9/7/2024).

Keluarga yang tidak menaruh curiga, membiarkan adiknya menyelimuti korban dan tidur bersama. Menjelang siang, sekitar pukul 12.00 WIB, Syahroni yang sempat dikira tidur, tidak juga bangun.

Ibu korban kemudian mencoba membangunkannya untuk makan, tetapi mendapati tubuh anaknya dalam keadaan kaku.

"Anaknya tidak bangun-bangun, kemudian di balikkan badannya oleh Bu Atin. Pada saat balik badan itu posisi sudah kaku, baru ibunya menyadari bahwa anaknya telah meninggal dunia," jelas Gandha.

Baca Juga: Heboh! Air di Kidal Berubah Warna Darah Jelang 1 Suro

Syahroni ditemukan tewas dengan luka di bagian wajah, mulai dari pelipis hingga mulutnya. Polisi dari Satreskrim Polres Malang dan Polsek Gondanglegi segera melakukan penyelidikan di lokasi kejadian.

Pada Jumat malam, jenazah korban dievakuasi ke Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Kota Malang untuk di autopsi.

Gandha juga menyebut bahwa ibu korban mengalami gangguan penglihatan, yang mungkin menjadi alasan mengapa keluarga tidak segera menyadari bahwa Syahroni telah tewas dengan luka di wajahnya.

"Pihak keluarga tidak menyadari kondisi korban karena pertama, ibunya matanya kurang awas (jelas untuk melihat). Kemudian posisi jenazah itu juga belum bisa dipastikan meninggalnya pada saat kapan," kata Gandha.

Untuk mengungkap penyebab kematian korban, polisi melakukan autopsi dan uji sampel pada lambung korban.

"Tujuannya autopsi kan untuk memastikan ini semua. Meninggalnya di titik kapan, titik kritisnya di mana, kami masih harus pastikan itu. Kemudian yang paling penting, memang harus menunggu hasil autopsi, biar kita tahu sebab matinya ini karena apa," pungkas Gandha.

Penyelidikan kasus ini terus berlanjut, sementara warga Desa Urek-urek berharap agar kebenaran segera terungkap.

Kontributor : Elizabeth Yati

Load More