Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Selasa, 09 Mei 2023 | 18:14 WIB
Suasana banjir yang sempat terjadi di kawasan Kedawung Kota Malang. [Rizky Kurniawan Pratama/TIMES Indonesia]

SuaraMalang.id - Dalam beberapa waktu hari terakhir, Kota Malang menjadi sorotan warganya lantaran memiliki sejumlah 'wisata air' yang muncul saat hujan tiba. Bahkan hal tersebut dirangkum dalam tayangan video yang bertajuk '6 Rekomendasi Wisata Banjir Paling Menantang Adrenaline di Malang Raya'.

Seperti diunggah dalam akun Instagram malangraya_info. Pada unggahan tersebut menggambarkan suasana Kota Malang saat hujan deras mengguyur hingga menyebabkan banjir di sejumlah titik kota tersebut.

Enam rekomendasi tempat tersebut pun disesuaikan dengan nama wahana wisata air, seperti Waterboom Suhat (Soekarno-Hatta), Kolam Kedawung, Bandulan Waterpark, Waterboom Sawojajar, Sulfat Rafting dan Galunggung Sea World.

Tentunya video tersebut merupakan bentuk sindiran terhadap Pemerintah Kota Malang yang dianggap tidak cakap dalam menyelesaikan persoalan banjir menahun tersebut.

Baca Juga: Pasca Diterjang Banjir, Aktivitas Sekolah Plus Darussurur Cimahi Terganggu: Ruang Kelas Terendam

Ketua RW 11, Lowokwaru Didik Karsono, misalanya, membenarkan jika wilayahnya selalu dilanda banjir sejak 18 tahun silam. Didik menyebut dari wilayahnya hingga kawasan Kedawung, yang masuk dalam daftar enam rekomendasi wisata banjir Kota Malang, kerap menjadi langganan bencana tersebut.

"Dari sungai Telkom itu sampai Kedawung belakang sedikit setiap hujan deras langganan banjir," ujar Didik seperti dikutip Times Indonesia-jaringan Suara.com pada Selasa (9/5/2023).

Didik mengungkapkan, jika penanganan yang dilakukan pemkot tidak menyeluruh dan kontinyu, karena selama ini hanya bersifat isidentil. Sehingga tidak berpengaruh besar dalam mengatasi banjir di kawasan.

"Hanya pengerukan sungai di samping Telkom. Terus ada tembok jebol di Santrean dekat DAMRI itu masuk wilayah RT 04 sudah hampir satu tahun lebih belum ada perbaikan," katanya.

Meski sempat diusulkan warga untuk segera dibenahi. Namun, dalih Pemkot Malang bahwa sungai tersebut milik provinsi dan tak bisa dilakukan pembenahan.

Baca Juga: Penyebab Margonda Depok Banjir Akibat Buruknya Drainase, Ini Kata Warga

"Alasannya milik provinsi. Padahal tembok itu yang ambrol akibatnya tiga titik terjadi banjir. Di Santrean atau di DAMRI itu lalu air masuk ke rumah warga, itu bisa satu meter lebih tinggi airnya," jelasnya.

Kondisi banjir di jalanan saat hujan di Kawasan Kedawung Kota Malang. [Adhitya Hendra/TIMES Indonesia]

Bahkan, ia mengemukakan, setiap kali rapat dengan pihak kelurahan, Didik menyampaikan untuk mencari solusi banjir di kawasan tersebut.

"Sempat ada rencana sudetan sungai di Suhat, tapi sampai sekarang masih wacana," tuturnya.

"Dulu pernah di cek oleh pak Sutiaji (Walikota) di dekat OJK. Tapi nggak ada tindakan sampai sekarang," imbuhnya.

Menanggapi sindiran tersebut Pemkot Malang, melalui Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPRPKP) menyampaikan permintaan maaf dan berterimakasih atas informasi yang telah diberikan melalui video tersebut.

"Kami mohon maaf kalau aktifitasnya kurang maksimal, tapi kami terus berupaya untuk menyelesaikannya. Kami juga terimakasih informasinya untuk kedepan lebih baik," ujar Kepala DPUPRPKP Kota Malang Dandung Julhardjanto.

Ia mengakui, berbagai upaya mengatasi persoalan banjir di Kota Malang masih terus dilakukan. Salah satunya dengan cara pengerukan sungai melalui GASS (Gerakan Angkat Sampah dan Sedimen) hingga pematangan Masterplan Drainase.

"GASS setiap hari kita lakukan secara berkala ya. Mobilisasi di titik-titik rawan banjir Kota Malang. Peningkatan drainase fungsi. Sekarang sudah ada Masterplan Drainase untuk kedepan," katanya.

Selama kegiatan pengerukan, DPUPRPKP Kota Malang kerap menemukan banyak sampah menumpuk hingga sulit terangkat.

"Banyak lah temuan dari teman-teman. Sampai sampah itu sulit ditarik," katanya.

Sementara, untuk di kawasan Kedawung, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, pelaksanaan pengerukan juga dilakukan berkala.

"Kalau terjadi pendangkalan, karena dimensi ya kita lakukan (pengerukan)," tuturnya.

Load More