Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Rabu, 05 Oktober 2022 | 22:54 WIB
Gerbang 13 Stadion Kanjuruan menjadi saksi bisu berjatuhannya Aremania-Aremanita. [Suara.com/Dimas Angga]

SuaraMalang.id - Kengerian dan mencekamnya peristiwa yang terjadi di Pintu 13 Stadion Kanjuruhan tampaknya akan terus melekat pada Tragedi Kanjuruhan. Tak hanya penyintas, pedagang yang berjualan di luar stadion sekitar Gate 13, juga menjadi saksi mencekamnya malam jahanam usai gas air mata ditembakan ke arah tribun penonton.

FATHUR Rohman dan Anis Faizah, pasangan suami-istri pemilik warkop 74, yang lokasinya hanya berjarak enam meter dari Gate 13 Stadion Kanjuruhan Kepanjen Malang, merasakan hal yang tak biasa di area kedainya jelang pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya pada Sabtu (1/10/2022).

Sekira Jumat (30/9/2022) siang, kondisi area warkop miliknya sangat sepi. Kondisi tersebut tidak seperti hari-hari sebelumnya. Bahkan, hampir tak ada pengunjung dan pembeli di kedai miliknya, padahal jika tim berjuluk Singo Edan akan berlaga, dipastikan banyak suporter yang lalu-lalang di sekitar warkopnya.

Tak hanya itu, keanehan juga dirasakan pasutri tersebut tepat pada Sabtu (1/10/2022) saat Aremania yang akan masuk ke Gate 13 terlihat lebih tertib dibanding pertandingan kandang biasanya.

Baca Juga: Kengerian di Pintu 13 Oleh Sulastri: Sang Suami Berkorban Demi Cucu (Part 2)

"Biasanya saat masuk, suporter teriak karena mungkin kurang sabar. Tapi saat itu mereka sangat tertib," jelas Fathur Rohman, sambil mengingat kejadian-kejadian menjelang Tragedi Kanjuruhan pada Rabu (5/10/2022) malam.

Saat itu, Fathur berpikir sejenak, jika Aremania kurang tertarik dengan pertandingan itu, padahal melawan musuh bebuyutannya di lapangan hijau, yakni Persebaya. Fathur sendiri juga merasakan suasana lebih tenang dan sejuk di Stadion Kanjuruhan.

Seperti biasa, beberapa Aremania-Aremanita juga menitipkan beberapa barang seperti tas, korek, dan juga botol parfum, karena di dalam stadion tidak diperbolehkan membawa barang-barang tersebut.

Pun saat pertandingan derbi Jawa Timur dimulai, Fathur memilih menonton pertandingan melalui siaran livestreaming di ponselnya, sembari menunggu kedai dan ditemani oleh istrinya di dalam kedai.

Keseruan pertandingan tersebut pun berakhir kekecewaan bagi Fathur, lantaran tim kesayangannya harus kalah dengan seteru abadinya, yakni tim berjuluk Bajol Ijo dengan skor tipis 2-3.

Baca Juga: Sempat Disebut Diculik, LPSK Minta Kelpin Perekam Kengerian di Pintu 13 Kanjuruhan Ajukan Perlindungan

Tak lama usai peluit panjang, penanda pertandingan selesai, pasutri ini terkejut dengan suara letusan berkali-kali dari dalam stadion. Keduanya mengira itu suara petasan.

"Kalah kok nyumet mercon (kalah kok nyalahin petasan)," celetuk Anis.

Sekira 15 menit berselang, pasangan ini pun merasakan perih di matanya hampir di waktu yang berbarengan. Disusul dengan teriakan yang mereka dengar tak jauh dari warungnya, yang tak jauh dari Gate atau Pintu 13.

Sejumlah sepatu menjadi saksi bisu di salah satu Gate Stasiun Kanjuruhan, Kepanjen, Malang ditaburi bunga oleh warga yang berdoa pada Selasa (4/10/2022). [Suara.com/DImas Angga Perkasa]

Fathur yang mendengarkan teriakan-teriakan tersebut pun langsung mengecek sumber suara teriakan.

Ternyata di Gate 13 tampak ratusan suporter Aremania-Aremanita menggebrak-gebrak pintu gerbang 13 dan asap terlihat mengepul di bagian ventilasi yang bersebelahan dengan pintu gerbang tribun 13.

Karena di dalam semakin sesak, para suporter memukul ventilasi hingga jebol. Fathur mencoba membantu sebisa mungkin suporter yang merangkak naik dan keluar dari ventilasi yang sudah rusak tersebut. Bahkan perlengkapan berdagangnya juga menjadi alat untuk membantu mengeluarkan para suporter yang terjebak di dalam Gate 13.

Tak lama berselang, pintu besi Gate 13 akhirnya dibuka dan para suporter berebut keluar. Fathur dan beberapa orang mencoba membantu dari luar.

"Banyak perempuan dan anak-anak waktu itu," katanya.

Saat itu, ia berusaha membantu beberapa suporter yang terkapar di sekitar Gate 13. Air yang dimilikanya pun digunakan untuk mengusap wajah para korban.

Suasana kian kacau, tatkala erangan ratusan suporter di sekitar kedai dan gate 13 makin menjadi. Terlebih lagi, air untuk membasuh wajah para suporter di kedainya sudah habis.

Akhirnya beberapa orang dari suporter tersebut dilarikan ke rumah sakit dengan kendaraan seadanya. Bahkan saat itu, beberapa rekan dari suporter juga berebut mobil untuk membawa korban ke rumah sakit.

"Waktu itu sudah ada yang meninggal di luar, tapi langsung di bawa petugas," ungkap Fathur.

Dalam ingatannya, banyak suporter yang dimasukan di dalam kedainya, sehingga kedai miliknya layaknya barak kesehatan di Medan pertempuran.

Kondisi pada waktu itu masih cukup ramai dengan erangan-erangan suporter yang tergeletak di dalam dan di luar kedai. Fathur bahkan sempat menggoyang-goyang tubuh beberapa suporter yang tak sadarkan diri.

Usai membantu para korban dengan cara yang mereka bisa, Fathur dan Anis akhirnya memutuskan menutup kedainya setelah korban di sekitar kedai dan Gate 13 berkurang.

***

Gas air mata yang ditembakan ke arah tribun di Stadion Kanjuruhan usai pertandingan Super Derbi Jatim, Arema Malang Vs Persebaya pada Sabtu malam itu tak pernah dibayangkan Diah.

Perempuan yang membuka usaha warung di sekitar Stadion Kanjuruhan itu tak menyadari, jika malam itu akan tercatat dalam sejarah paling kelam sepak bola Indonesia.

"Penuh banget di sini kemarin mas," kata Diah saat ditemui Suara.com beberapa waktu lalu.

Warung yang menjadi tempat bergantungnya hidup Diah itu berada tepat di bawah tribun, berjarak sekitar 100 meter dari ruang VIP. Ukurannya tak besar, hanya satu petak. Berukuran sekitar 6x9 meter persegi saja. Di warung itu, Diah tinggal bersama seorang anak perempuannya yang sudah remaja.

Malam itu, Diah menceritakan, suasana di luar stadion sangat kacau. Melihat gelagat itu, secepat kilat ia menutup warungnya. Namun, beberapa suporter Arema memohon kepadanya untuk bisa berlindung di dalam warung lantaran sudah tak tahan dengan gas air mata dari dalam stadion.

Suporter Arema FC (Aremania) menabur bunga di Patung Singa Stadion Kanjuruhan, Malang, jawa Timur, Minggu (2/10/2022). [ANTARA FOTO/Zabur Karuru/foc]

Sekitar 20 orang akhirnya masuk ke ruangan yang tidak cukup besar itu. lantaran menghindari udara yang telah bercampur gas air mata.

Selama sembilan tahun dia tinggal di warungnya, Diah mengaku baru kali ini melihat kejadian yang membuatnya syok. Belum lagi, tak sedikit supporter Arema yang masuk ke warungnya itu anak kecil. Ada yang usianya lima tahun. Banyak perempuan juga.

"Saya tidak bisa ngebayangkan traumatik yang mereka rasakan. Saya saja, trauma dengan kejadian itu. Tapi, memang chaos banget kemarin itu. Saya sih tidak tahu seperti apa yang terjadi di dalam stadion. Tapi, kalau di luar lapangan, ya berhamburan. Ada yang dibopong," ungkapnya.

Diah mengaku bersyukur, lantaran di malam itu tidak ada gas air mata yang masuk menerobos ke ruangan tempatnya tinggal.

"Nggak tahu lagi kalau sampai masuk. Kan ruangan ini sangat tertutup ya," terangnya.

Cukup lama para suporter itu berlindung di warungnya. Ketika dipastikan kondisi sudah aman, barulah mereka keluar.

"Lupa pastinya jam berapa. Tapi, mereka keluar itu sudah pagi. Mungkin sekitar pukul 03.30 WIB. Jadi, sudah aman di luar, barulah mereka berani keluar. Itu juga, lihatnya sambil ngintip-ngintip," tambahnya.

Ketika mereka keluar, dia melihat banyak supporter bergeletakan di depan warungnya. Ada juga yang berusaha mencuci mukanya karena pedih terkena gas air mata itu. Pun banyak mobil mondar mandir membawa supporter yang sudah tak sadarkan diri pun yang telah meninggal dunia.

"Ketika mereka keluar, ya saya langsung masuk lagi. Saya gak mau liat kejadian di luar itu. Sangat mengerikkan malam itu. Hal terburuk yang pernah terjadi di stadion ini, selama saya ngontrak di sini," ungkapnya.

Sementara itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang memastikan jumlah korban meninggal tragedi Kanjuruhan sejumlah 131 orang. Angka tersebut berasal dari posko postmortem crisis center per Selasa (4/10/2022).

Penanggung jawab Data, Zulham Akhmad Mubarrok mengatakan terhitung hingga Selasa (4/10/2022) siang, data korban meninggal sudah mencapai 131 jiwa.

"131 sampai siang ini. Ganti nama, ganti identitas saja, keluar masuk datanya," ujarnya saat dikonfirmasi SuaraMalang.id.

Ia menambahkan, selain data di lapangan, Bupati Malang juga meminta camat untuk melakukan apel data. Jadi, setiap data kematian di kelurahan dan desa akan dikumpulkan.

Dari situ diperoleh hasil ada beberapa nama yang sebelumnya dinyatakan meninggal, ternyata masih hidup dan sedang menjalani perawatan.

Selain itu, juga ada data dari korban yang berasal dari luar kota, yang masuk.

"Ada data dari luar kota yang masuk.Tapi tetap datanya 131, hanya perubahan nama saja," jelasnya.

Nama-nama korban tragedi Kanjuruhan per Senin 3 Oktober 2022. [Suara.com]

Zulham mengatakan, data resmi dari crisis center Pemkab sendiri akan terus diupdate setiap harinya. Update akan disampaikan setiap pukul 13.00 WIB.

Berdasarkan data yang diterima SuaraMalang.id, jumlah korban tersebut berasal dari pendataan sejumlah rumah sakit yang ada di Malang Raya.

Antara lain Rumah Sakit Wava Husada, RSB Hasta Brata Batu, RSUD Kanjuruhan, RSUD Saiful Anwar, RS Teja Husada Kepanjen, RS Ben Mari Pakisaji, RS Hasta Husada, RSI Gondanglegi, RS Salsabila, dan RST Soepraon.

Dari data tersebut juga diketahui ada 9 korban meninggal dunia di lokasi yang langsung dibawa pulang setelah dikonfirmasi oleh keluarga.

Tim Liputan: Dimas Angga Perkasa, Yuliharto Simon, dan Fisca Tanjung

Load More