SuaraMalang.id - Bermodal nekat, Heri Kristianto (49), memutuskan resign dari pekerjaannya sebagai tenaga honorer di Dinas Pertanian Kabupaten Blitar.
Setelah resign, ia menekuni usaha membuat kerajinan miniatur truk pada tahun 2012.
Selama hampir 10 tahun, bapak dua anak asal Kelurahan Bendogerit, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar, itu merintis usaha kerajinan membuat miniatur truk.
Seperti sebuah ungkapan ‘proses tak akan mengkhianati hasil’, kini usaha kerajinan miniatur truk milik Heri berkembang pesat.
Heri bisa memproduksi 600-700 unit miniatur truk dengan omzet sekitar Rp70 juta-Rp80 juta per bulan. Ia juga memiliki tujuh pekerja yang membantu membuat kerajinan miniatur truk.
“Saya dulu kerja sebagai tenaga honorer di Dinas Pertanian Kabupaten Blitar. Saya menjadi sopir kepala dinas. Pada 2012 saya resign, menekuni usaha kerajinan miniatur truk,” kata Heri di rumahnya, Sabtu (1/10/2022) seperti dikutip dari Satukanal.com.
Heri menggunakan halaman samping dan belakang rumahnya sebagai tempat memproduksi kerajinan miniatur truk.
Sejumlah papan kayu untuk bahan membuat miniatur truk terlihat ditata berjajar di halaman samping dan belakang rumahnya.
Papan kayu itu dijemur lebih dulu, sebelum diproses untuk bahan membuat kerajinan miniatur truk.
Baca Juga: Antisipasi Persebaran DBD, Dinkes Kota Blitar Gencar Lakukan Fogging di Sejumlah Sekolah
Beberapa pekerja juga terlihat mengolah papan kayu yang sudah siap untuk bahan membuat miniatur truk. Sebagian pekerja lagi terlihat merakit kerajinan miniatur truk.
“Dengan tujuh pekerja, tiap bulan rata-rata saya bisa memproduksi 600-700 unit miniatur truk,” ujarnya.
Heri bercerita, ia mulai serius menekuni usaha kerajinan miniatur truk sejak tahun 2012. Ketika itu, ia memilih resign sebagai tenaga honorer di Dinas Pertanian Kabupaten Blitar.
Ia membuka usaha sendiri, karena ingin kerja mandiri tanpa diperintah. Selain itu, ketika itu ia juga butuh uang untuk membiayai anaknya yang sedang sekolah sepak bola di Jakarta.
Modal Heri memulai membuka usaha kerajinan miniatur hanya nekat. Kala itu, ia hanya punya modal uang Rp350.000 untuk membeli bahan. Sedang peralatan, ia meminjam ke teman.
Tetapi, Heri memang sudah punya modal suka membuat kerajinan berbahan kayu sejak masih muda.
Untuk membuat kerajinan miniatur truk, Heri harus beli dulu miniatur truk yang sudah jadi. Miniatur truk yang dibeli dari toko itu kemudian dibongkar untuk dipelajari ukurannya.
Setalah itu, ia mencoba merakit sendiri kerajinan miniatur truk.
“Awalnya produksi saya tidak banyak, buat lima unit, laku terjual. Uangnya saya putar lagi untuk beli bahan, lalu buat lagi 10 unit, laku lagi, uangnya saya putar lagi, terus demikian sampai akhirnya bisa beli peralatan sendiri,” paparnya.
Heri memang ulet dan pekerja keras. Di awal-awal merintis usaha, ia mengerjakan semuanya sendiri.
Selain memproduksi sendiri, ia juga harus keliling untuk memasarkan kerajinan miniatur truk ke toko-toko suvenir di kawasan wisata Makam Bung Karno, Kota Blitar.
“Ternyata kerajinan miniatur truk banyak peminatnya. Sedikit demi sedikit pelanggan saya dari toko-toko suvenir di kawasan wisata Makam Bung Karno terus bertambah. Produksi saya juga ikut bertambah,” kata dia.
Lambat laun, usaha kerajinan miniatur truk milik Heri terus berkembang. Pesanan miniatur truk tidak hanya dari lokal Blitar, tapi juga datang dari luar kota seperti Tulungagung, Malang, Kediri, Jombang, dan Pasuruan.
Karena produksi meningkat, Heri akhirnya merekrut pekerja. Sekarang, Heri memiliki tujuh pekerja yang membantu membuat kerajinan miniatur truk.
Dalam sebulan, ia bisa memproduksi sebanyak 600-700 unit miniatur truk pesanan dari pelanggan. Omzet Heri dari usaha kerajinan miniatur truk mencapai Rp70-80 juta per bulan.
Harga kerajinan miniatur truk Heri bervariasi tergantung ukuran.
Harga kerajinan miniatur truk ukuran tinggi 25 sentimeter dijual dengan harga Rp125.000, ukuran 30 sentimeter dijual Rp185.000, dan ukuran 35 sentimeter dijual Rp 210.000.
“Harga kerajinan miniatur truk milik saya memang sedikit mahal, karena bahannya semua dari kayu, termasuk roda juga dari kayu. Saya menggunakan kayu waru, mahoni, dan wadang,” tutur Heri.
Heri merasa bersyukur dengan usaha kerajinan truk yang telah ditekuninya bertahun-tahun.
Selain meningkatkan ekonomi keluarganya, usaha itu juga memberikan peluang kerja kepada anak-anak muda di lingkungannya.
“Sekarang anak saya yang sekolah sepak bola malah masuk Angkatan Udara. Itu juga hasil dari usaha ini,” pungkas dia.
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Tinggal Jay Idzes, Mohon Maaf Pintu Klub Sudah Ditutup
- Resmi! Thijs Dallinga Pemain Termahal Timnas Indonesia 1 Detik Usai Naturalisasi
- Makin Menguat, Striker Cetak 3 Gol di Serie A Liga Italia Dinaturalisasi Bersama Mauro Zijlstra
- Thijs Dallinga Ogah Bahas Peluang Bela Belanda, Sepakat Perkuat Timnas Indonesia?
- 1 Detik Naturalisasi 9 Pemain Keturunan Ini Harga Pasaran Timnas Indonesia Tembus Rp 1 Triliunan!
Pilihan
-
3 Film Jadi Simbol Perlawanan Terhadap Negara: Lebih dari Sekadar Hiburan
-
OJK Beberkan Fintech Penyumbang Terbanyak Pengaduan Debt Collector Galak
-
Tarif Trump 19% Berlaku 7 Agustus, RI & Thailand Kena 'Diskon' Sama, Singapura Paling Murah!
-
Pemerintah Dunia dan Tenryuubito: Antagonis One Piece yang Pungut Pajak Seenaknya
-
Persija Jakarta Bisa Lampaui Persib di Super League 2025/2026? Eks MU Beri Tanggapan
Terkini
-
Cara Klaim Kompensasi Tiket KA Akibat Argo Bromo Anggrek Anjlok
-
KA Argo Bromo Anggrek Anjlok, Ini Daftar Kereta Api Terdampak Yang Dibatalkan
-
Transformasi BRIVolution Reignite & fokus UMKM Jadi Kunci Pertumbuhan BRI
-
Jangan Salah Pilih! Panduan Lengkap Memilih Vitamin yang Aman untuk Keluarga
-
Pendekatan Psikososial, Menteri Agus Andrianto Makan Siang Bareng Warga Binaan LPP Malang