Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Sabtu, 01 Oktober 2022 | 13:00 WIB
Tradisi dalam Perayaan Maulid Nabi Muhammad di Banyuwangi [SuaraMalang/Achmad Hafid Nurhabibi ]

SuaraMalang.id - Ada dua tradisi yang mencolok di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur dalam peringatan maulid Nabi Muhammad SAW. dua tradisi ini digelar sebagai wujud mengungkapkan kegembiraan atas hari kelahiran Nabi besar umat islam.

Tradisi yang pertama ialah endog-endogan, yang digelar dengan media telur yang dirias menyerupai bunga semerbak dan ditanyakan di batang pohon pisang, biasanya gelaran endog-endogan juga dibarengi dengan upacara adat sekaligus bersholawat bersama.

Konon, tradisi ini disuguhkan untuk mengungkapkan kebahagiaan atas hari lahir Nabi Muhammad SAW yang diperingati setiap tanggal 12 Rabiul Awal.

Kemudian ada tradisi geredoan, yang diyakini bisa menarik simpati lawan jenis, sekaligus ajang mencari jodoh masyarakat Banyuwangi.

Baca Juga: Bobol Toko Milik Ponpes, Pemuda Banyuwangi Ini Embat Kancut Sampai Sabun Muka

"Yang pertama ada endog-endogan, endog yaitu telur, biasanya digelar bersama upacara adat, kemudian ada tradisi mencari jodoh yakni geredoan, geredo artinya menggoda," kata Yeti Chotimah Budayawan Banyuwangi, Sabtu (1/10/2022).

"Kenapa kalau bulan maulid itu orang senang semuanya. Memiliki rasa senang saja datangnya kelahiran Nabi Besar, itu sudah mendapatkan pahala, rasa senangnya masyarakat Banyuwangi ini kemudian diungkapkan melalui endog-endogan itu," ibuh Yeti.

Mengenai tradisi geredoan, Yeti menjelaskan gelaran tersebut ada di sejumlah wilayah di Banyuwangi, seperti di Cangkring, Kecamatan Rogojampi, kemudian di Kalirejo, hingga di Macan Putih, Kecamatan Kabat.

Dalam tradisi geredoan, lumrahnya di Banyuwangi diadakan dengan mengarak ogoh-ogoh atau patung yang dibuat menyerupai raksasa yang melambangkan Raja Abrahah yang kala itu melakukan penyerangan di Makkah bersama pasukan gajah.

Kemudian seorang pria yang sudah cukup umur akan mencari pasangannya sendiri. Disana di pria akan memasukkan lidi di yang diambil dari janur atau daun kelapa muda ke lubang yang terbuat dari ancaman bambu tempat perempuan yang dipilihnya.

Baca Juga: Fix! Malam Ini Tarif Penyeberangan Pelabuhan Ketapang Banyuwangi - Gilimanuk Bali Naik

Jika si perempuan satu hati dan setuju, maka lidi tersebut akan dipatahkan, disana kemudian si pria mengungkapkan kata-kata ramuan untuk lebih memikat hati si perempuan.

Namun, di Bulan maulid ini, kata Yeti tradisi geredoan hanya sebagai wasilah bersatunya dua hati antara pria dan wanita, kemudian hari pernikahan biasanya ditetapkan pasca bulan mulud atau Robiul Akhir.

"Biasanya saat geredoan hanya menentukan pilihan saja, kemudian dilanjutkan dengan rundinga-rundingan antar keluarga, namun hari pernikahannya di bakda mulud, kebanyakan seperti itu," ungkap Yeti Chotimah.

Load More