Scroll untuk membaca artikel
Abdul Aziz Mahrizal Ramadan
Minggu, 31 Juli 2022 | 14:07 WIB
Ilustrasi penganiayaan anak di Banyuwangi. (Pexels.com/Pixabay)

SuaraMalang.id - Sungguh malang nasib bocah berinisial R yang masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak (TK) di Banyuwangi, Jawa Timur. Dia mendapat menjadi korban penganiayaan dari ayah tiri.

Mirisnya, adik R merupakan anak yatim yang ditinggal ayah kandungnya sejak masih balita, kemudian sang ibu memilih untuk menikah lagi dengan seorang duda yang saat ini menjadi ayah tari dari adik R.

Dalam bahtera rumah tangga baru, adik R bukan malah mendapat rasa kasih sayang dari ayah barunya, melainkan lebih tidak beruntung karena sifat keras dan tempramental membuat adik R sering dipukuli, bahkan disetrum listrik di bagian tubuh adik R.

Penderitaan R tidak selesai di sana, dia juga tidak boleh pergi bermain bersama teman-temannya, berangkat sekolah dan pergi mengaji dia sendirian tanpa ada dampingan orang tua, sepulang sekolah dan mengaji juga tidak diberi kesempatan untuk bertemu teman-teman dan harus di rumah.

Baca Juga: Sudah Mabuk dan Bikin Onar, Geng Motor Keroyok Bocah di Jalan Gus Dur Jombang

Puncaknya saat adik R berdiam sambil sesenggukan kepada salah satu guru ngajinya, Nihayatuz Zainiyah di salah satu TPQ di wilayah Kecamatan Rogojampi. 

Guru ngaji itu kemudian mencoba bertanya pelan-pelan, sebenarnya apa yang telah terjadi kepada adik R sehingga bagian tubuhnya lebam seperti habis dipukul oleh seseorang.

"Kemarin dia tiba-tiba gak mau pulang, setelah ngaji gak mau pulang. Biasanya dia langsung pulang. Kemudian saya tanya, kebetulan saya yang tau, kenapa kok gak mau pulang?, nangis, anaknya nangis terus bilang saya gak mau pulang," kata guru mengaji, Nihayatuz Zainiyah, Minggu (31/7/2022).

Usai ditanya pelan-pelan oleh sang guru, adik R kemudian mulai menceritakan apa yang telah dialami, dia mengaku telah dipukul menggunakan kayu oleh ayah tirinya.

"Bilangnya abis dipukul pakai kayu, terus abis itu ditepas gitu loh, kakinya juga ada bekas kayak beret gitu kakinya memang," ujar Zainiyah. 

Baca Juga: Seorang Guru Dianiaya di Kafe Sumut, Ini Penjelasan Polisi

Diduga luka lebam tersebut masih baru, dan disinyalir dilakukan sebelum adik R berangkat mengaji.

"Kayaknya masih baru lumayan itu, soalnya kelihatan lukanya masih segar saat itu," cetusnya.

Melihat kondisi murid ngajinya seperti telah dianiaya, Zainiyah tak tinggal diam, dia mencoba untuk mengunggah keadaan adik R yang telah ditemui sendiri.

Dari sana baru terbongkar, jika ayah tiri R merupakan sosok yang kasar dan tak mau mendengarkan masukan orang lain, sifatnya seperti tempramental.

Kesaksian kekesaran yang dilakukan kepada R dari warga sekitar juga disampaikan kepada Zainiyah usai Zainiyah mengunggah kisah adik R.

"Sebelumnya tetangganya tidak berani berkomentar banyak soal ini, tapi ketika saya mencoba mengunggah kemudian banyak ternyata yang tau kisahnya," ungkap Zainiyah. 

Dari sini kemudian kisah kekerasan terhadap anak ini jadi polemik di tingkat desa, orang tuanya dipanggil untuk mengikuti proses mediasi. Tak langsung memberi jawaban pasti, malah si ayah tiri mengaku jika luka adik R dari pertengkaran bersama adiknya yang masih balita.

Dalam mediasi tersebut, ayah tiri juga mendapat teguran dari warga dan aparat setempat untuk tidak melakukan hal tersebut kembali.

Usai diketahui akar permasalahan, adik R tak lantas langsung pulang ke rumah kembali, ada seseorang yang langsung meminta kepada orang tua R untuk diasuh dan siap menjamin kehidupan kedepannya.

Orang tersebut tak lain adalah ayahanda Zainiyah, yang juga merupakan salah satu tokoh religius di Bumi Blambangan. 

"Setelah itu langsung diminta abah untuk diasuh, dan dijamin kehidupannya," ungkapnya.

Meski kondisi adik R sudah membaik, namun sejumlah masyarakat masih tidak pasrah begitu saja, sebab bagaimanapun apa yang telah dilakukan ayah R merupakan sebuah kekerasan anak yang patut dilanjutkan ke proses hukum.

"Soal proses hukum atau laporan ke polisi sebenarnya penting, karena biar jadi pelajaran bagi semua orang tua, masyarakat juga sebenarnya masih belum legowo kalau hanya di mediasi saja," ujarnya.

Kontributor : Achmad Hafid Nurhabibi

Load More