Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Selasa, 26 Juli 2022 | 09:29 WIB
Embun es di kawasan Gunung Bromo [Foto: Timesindonesia]

SuaraMalang.id - Fenomena embun es jarang sekali menjadi perhatian wisatawan yang berkunjung ke Bromo. Mereka biasanya lebih memilih menyaksikan matahari terbit atau sun rise ketimbang embun es.

Padahal, fenomena embun es atau oleh masyarakat disebut sebagai embun upas ini jarang sekali terjadi. Dan tempo kemunculannya juga bisa dibilang singkat, yakni hingga matahari terbit semata.

"Jarang jadi perhatian wisatawam. Umumnya (wisatawan) mengejar panorama matahari terbit," kata Choirul Umam Masduqi, sopir jeep wisata Bromo, dikutip dari timesindonesia.co.id jejaring media suara.com, Selasa (26/07/2022).

Namun menurutnya, wisatawan yang menyaksikan dan menyentuh embun es beruntung. Sebab panorama embun upas ini tak selalu ada di kawasan Gunung Bromo.

Baca Juga: Kemarin Ramai Berita Fenomena Embun Es di Bromo-Semeru sampai Obat Kedaluwarsa Dinkes Jember Senilai Rp 7 Miliar

Rudi, sopir jeep wisata Bromo lainnya mengatakan, suhu udara di kawasan Gunung Bromo saat terjadi fenomena embun es, jauh lebih dingin dari biasanya.

Senin kemarin misalnya, (25/7/2022), suhu di lautan pasir dan sekitarnya terukur berada diantara 2°-6° Celcius. Bandingkan dengan suhu rata-rata Surabaya di bulan Juli yang berkisar antara 24°-32° Calcius.

Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru menyebut, fenomena seperti ini juga dapat dijumpai pada daerah yang berada di sekitar TNBTS yang berada pada ketinggian 500 meter di atas permukaan laut ke atas.

Fenomena ini biasanya hanya dapat di jumpai pada pagi hari sebelum matahari terbit dengan sempurna, dan segera mencair dan hilang seiring terpaan sinar matahari.

Fenomena embun es ini biasanya terjadi pada musim kemarau, terutama bulan Juli sampai Agustus. Pada bulan-bulan itu, suhu dingin di kawasan pasir kaldera Bromo sedang dingin-dinginnya.

Baca Juga: Fenomena Langka Embus Es di Bromo Tengger Semeru, Suhu Bisa Capai 2-6 Derajat

Load More