Scroll untuk membaca artikel
Abdul Aziz Mahrizal Ramadan
Jum'at, 01 Juli 2022 | 07:00 WIB
Paus Fransiskus berbicara selama doa Regina Caeli di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, 1 Mei 2022. [Dok.Antara/Reuters]

SuaraMalang.id - Sudah dua hari berturut-turut Paus Fransiskus berbicara tentang perang di Ukraina. Pada Rabu (29/6), ia mengutuk pengeboman mal di Kota Kremenchuk dan menyebutnya sebagai "serangan biadab" terhadap Ukraina.

Terkini, Paus secara implisit menuding Rusia melakukan penaklukan bersenjata, ekspansionisme, dan imperialisme di Ukraina.

Dia juga menyebut konflik itu sebagai "perang agresi yang kejam dan tidak masuk akal".

Ketika berbicara kepada delegasi pemimpin Ortodoks dari Patriarkat Ekumenis yang berbasis di Istanbul, Turki, Kamis, Paus mengatakan konflik itu telah mengadu domba orang Kristen satu sama lain.

Baca Juga: Bawa Misi Perdamaian, Jokowi Pemimpin Pertama dari Asia yang Kunjungi Ukraina

“Rekonsiliasi di antara orang-orang Kristen yang terpisah, sebagai sarana untuk berkontribusi pada perdamaian di antara orang-orang yang berkonflik, adalah pertimbangan yang paling tepat saat ini, karena dunia kita sedang terganggu oleh perang agresi yang kejam dan tidak masuk akal di mana banyak, banyak orang Kristen saling berperang, " kata Fransiskus mengutip dari Antara, Kamis (30/6/2022).

Paus menegaskan, bahwa semua pihak perlu mengakui bahwa penaklukan bersenjata, ekspansionisme, dan imperialisme tidak ada hubungannya dengan kerajaan yang diproklamsika Yesus.

Baik Rusia dan Ukraina sebagian besar penduduknya beragama Kristen Ortodoks tetapi ada minoritas Katolik ritus Bizantium yang berpengaruh di Ukraina, yang berutang kesetiaan kepada paus. Cabang Kekristenan Timur dan Barat dipisahkan dalam Skisma Besar tahun 1054. (Antara)

Load More