SuaraMalang.id - Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional (HI) FISIP Universitas Brawijaya berinisial IA ditangkap Densus 88, Senin (23/5/2022) kemarin.
Mahasiswa angkatan 2019 itu ditangkap karena diduga membantu pengumpulan dana ISIS di Indonesia. Kasus itu mendapat respons dari Dosen FISIP UB Yusli Effendi.
Yusli berkomentar keras dan mengaku tidak pernah mengajar IA di kelas. Namun, dia mengetahui IA mempunyai ideologis ekstremis tersebut dari informasi dosen pengajar IA.
Yusli mencoba untuk mencaritahu bagaimana pemikiran IA. Instagram IA pun dipantaunya pada tahun 2019 itu.
"Saya lihat instagramnya baru ketahuan kalau memang ideologinya radikalisme seperti itu," ujarnya.
Melalui postingan akun instagram IA waktu itu, Yusli menjelaskan, IA sering mengunggah suatu ujaran kebencian.
"Propagandanya ISIS banget. Menyebarkan ujaran kebencian ke NU. Kebencian ke Syiah. Syiah harus dibunuh itu semua di Instagramnya," kata dia.
Akhirnya, beberapa waktu kemudian, Yusli mencoba mengobrol dengan mahasiswanya itu. Dia ingin mengetahui secara langsung pandangan IA.
"Ternyata dia memang atos. Saya tanya 'ngapsin sih kamu kayak gini?' Dia jawab 'salah saya dimana? Ini saya dakwah'. Di media sosial sudah terpapar sampai seserius itu," ujarnya.
Baca Juga: Sergio Silva Optimistis dengan Kekuatan Arema FC Musim 2022/2023
Dengan obrolan tersebut, Yusli mulai yakin bahwa mahasiswanya itu memahami paham radikalisme dan ekstrimisme.
"Tapi saya waktu itu hanya berpikir bahwa itu hanya ide yang berada di pikiran. Belum ide yang diaktualisasi menjadi kegiatan. Dan kalau di tingkatan akademis semua ide itu dihormati. Ya kayak yang megang paham komunisme atau apa ya gak papa selama itu ada di pikiran," ujarnya.
Yusli menambahkan, dia tidak setuju terkait pemberitaan selama ini bahwa IA adalah mahasiswa yang pintar.
"Saya tekankan gak pintar ya biasa IP 3 dan ikut kompetisi-kompetisi juga endak. (IA adalah) mahasiwa standard-standard saja," kata dia.
Sementara itu, pihak UB sebenarnya sudah membentengi mahasiswanya dengan program-program deradikalisme seperti gerakan anti radikalisme.
Menanggapi itu, Yusli berpendapat, program itu tidaklah efektif jika bertujuan untuk mengubah paham radikalisme seorang mahasiswa.
Berita Terkait
-
Sergio Silva Optimistis dengan Kekuatan Arema FC Musim 2022/2023
-
Meskipun 1900 Lebih Sapi Suspek PMK, Bupati Malang Akan Buka Pasar Hewan Ternak: Nanti Kita Anukan..
-
Malangnya Fifany, Anak Berkebutuhan Khusus di Sidoarjo Hilang Tercebur Sungai Belakang Rumahnya
-
Detik-Detik Pemilik Bengkel di Malang Nekat Masuk Bengkelnya Hingga Terkena Luka Bakar
-
Arema FC Tantang RANS Cilegon FC Duel di Stadion Kanjuruhan Malang
Terpopuler
- 3 Pemain Keturunan yang Menunggu Diperkenalkan PSSI usai Mauro Zijlstra
- 'Ogah Ikut Makan Uang Haram!' Viral Pasha Ungu Mundur dari DPR, Benarkah?
- Usai Kena OTT KPK, Beredar Foto Immanuel Ebenezer Terbaring Dengan Alat Bantu Medis
- Eks Feyenoord Ini Pilih Timnas Indonesia, Padahal Bisa Selevel dengan Arjen Robben
- Terbukti Tak Ada Hubungan, Kenapa Ridwan Kamil Dulu Kirim Uang Bulanan ke Lisa Mariana?
Pilihan
-
Daya Beli Melemah, CORE Curiga Target Pajak RAPBN 2026 'Ngawang'!"
-
Prabowo Kirim 'Surat Sakti' ke DPR Demi Dua Striker Baru Timnas Indonesia
-
Terbongkar! Anggota DPR Pajaknya Dibayarin Negara, Netizen: Terus Gaji Gede Buat Apa?
-
Kapan Pemain Timnas Indonesia Berkumpul Hadapi FIFA Matchday? Ini Jadwalnya
-
Drama Korupsi Haji: Kronologi Gus Yaqut dari Diperiksa KPK Sampai Muncul HP Misterius
Terkini
-
Haluan Bali, Fashion Lokal dengan AR dan Sentuhan Tradisi yang Tembus Pasar Global
-
Program BRI Peduli Berperan Aktif, Salurkan Donasi untuk Korban Terdampak Gempa Poso
-
Semangat BRI Peduli untuk Paskibraka Nasional 2025, Wujud TJSL Nyata dari BRI
-
Prestasi BRI di Panggung Global: 3 Penghargaan dari Euromoney Awards for Excellence 2025
-
Layanan QLola by BRI Dukung Sektor E-Commerce hingga Fintech