Bahkan, lanjut dia, meskipun di kelas juga ada pelajaran seperti Pendidikan Pancasila pun tidak cukup untuk mengubah ideologis yang dipahami mahasiswa.
Dia menjelaskan alasannya, metode pengajaran program-program tersebut hanya sebatas di kelas. Waktu pengajaran pun cuma satu atau dua jam dilepas.
"Itu tidak terlalu efektif. Kelas besar juga. Cuma ceramah saja. Tapi memang ya kurang kuat dalam artian satu dua jam selesai kelasnya setelah itu dilepas. Ospek juga yang diberikan di fakultas lagi-lagi ya satu atau dua efisiensi jelas berkurang," paparnya.
Sementara menurutnya, mahasiwa yang mempunyai ideologi radikalisme ini cukup kuat. Dia terpapar paham tersrbut dari komunitasnya atau orang sekitarnya lebih banyak dari pelajaran atau program radikalisme.
Untuk itu, dia menjelaskan, untuk menderadikalis mahasiswa itu harusnya dengan cara menjauhkan dari komunitasnya. Tidak cukup dengan ceramah saja.
"Temuan studi terbaru itu gak cukup hanya ceramah. Saya berkali-kali ceramah ke napiter di Lapas. Juga gak bisa. Dari studi terbaru itu yang lebih efektif itu dijauhkan dari komunitasnya," kata dia.
Caranya adalah dalam hal ini bukan tugas dari pihak kampus saja. Yusli menjelaskan, butuh partisipasi warga sekitar mahasiswa untuk antisipasi radikalisme menghinggapi mahasiswa sejak dini.
Peran masyarakat di sini awalnya hanya untuk mendeteksi kejanggalan aneh mahasiswa yang cenderung memiliki ideologi ekstrimis.
"Kita butuh pengawasan berbasis masyarakat atau komunitas dan berbasis budaya dalam hal ini masyarakat atau tetangga itu harus mengetahui," kata dia.
Baca Juga: Sergio Silva Optimistis dengan Kekuatan Arema FC Musim 2022/2023
Warga sekitar, kata Yusli, seharusnya mampu mengenali mahasiswa dengan memanfaatkan budaya atau kultur jawa, yakni saling mengantarkan makanan.
"Kalau adat jawa itu ada namanya ater-ater makanan. Itu bisa mengatarkan makanan di tetangganya. Akhirnya bisa mengenali. Jadi orang atau tetangganya begini dalam beberapa hal gak mau. Itu bisa dideteksi dengan cara pendekatan seperti itu," imbuh dia.
Namun, kata Yusli, dalam konteks penangkapan IA, cara seperti itu tidak di lakukan. Dengan konteks masyarakat Kota kekinian, budaya-budaya seperti ater-ater makanan itu jarang ditemui.
"Kalau sekarang masyarakat kota individual. Kita gak tau kanan kiri tetangga kita merakit bom. Jadi itu pentingnya pengawasan berbasis budaya," kata dia.
Sementara untuk 'penyembuhan' paham radikalisme itu bukanlah tugas warga.
"Kalau menyembuhkan itu perlu intensitas yang lebih tinggi. Warga hanya mendeteksi awal dan nanti akan berkoordinasi dengan Babinsa atau Bhabinkamtibmas," ujarnya.
Berita Terkait
-
Sergio Silva Optimistis dengan Kekuatan Arema FC Musim 2022/2023
-
Meskipun 1900 Lebih Sapi Suspek PMK, Bupati Malang Akan Buka Pasar Hewan Ternak: Nanti Kita Anukan..
-
Malangnya Fifany, Anak Berkebutuhan Khusus di Sidoarjo Hilang Tercebur Sungai Belakang Rumahnya
-
Detik-Detik Pemilik Bengkel di Malang Nekat Masuk Bengkelnya Hingga Terkena Luka Bakar
-
Arema FC Tantang RANS Cilegon FC Duel di Stadion Kanjuruhan Malang
Terpopuler
- 'Ogah Ikut Makan Uang Haram!' Viral Pasha Ungu Mundur dari DPR, Benarkah?
- Breaking News! Akhir Pahit Mees Hilgers di FC Twente
- Eks Feyenoord Ini Pilih Timnas Indonesia, Padahal Bisa Selevel dengan Arjen Robben
- Cuma 3 Jam 35 Menit dari Jakarta, Thom Haye Mungkin Gabung ke Klub Ini, Bukan Persib Bandung
- 35 Kode Redeem FF MAX Hari Ini 23 Agustus: Klaim Bundle Itachi, Emote Susanoo & Senjata Akatsuki
Pilihan
-
Figur Kontroversial Era 98 Dianugerahi Bintang Jasa, Siapa Sebenarnya Zacky Anwar Makarim?
-
3 Rekomendasi HP Samsung Rp 1 Jutaan Terbaru Agustus 2025, Terbaru Galaxy A07
-
Shin Tae-yong Batal Dampingi Korea Selatan U-23, Rencana 'Reuni Panas' di Sidoarjo Buyar
-
Daya Beli Melemah, CORE Curiga Target Pajak RAPBN 2026 'Ngawang'!"
-
Prabowo Kirim 'Surat Sakti' ke DPR Demi Dua Striker Baru Timnas Indonesia
Terkini
-
Kartu Debit Co-Branding BRI X INDODAX, Wujud Transformasi BRI dalam Keuangan Digital
-
Haluan Bali, Fashion Lokal dengan AR dan Sentuhan Tradisi yang Tembus Pasar Global
-
Program BRI Peduli Berperan Aktif, Salurkan Donasi untuk Korban Terdampak Gempa Poso
-
Semangat BRI Peduli untuk Paskibraka Nasional 2025, Wujud TJSL Nyata dari BRI
-
Prestasi BRI di Panggung Global: 3 Penghargaan dari Euromoney Awards for Excellence 2025