Scroll untuk membaca artikel
Abdul Aziz Mahrizal Ramadan
Selasa, 03 Mei 2022 | 12:42 WIB
Farah sesuai salat id di KJRI Melbourne Australia, Senin (2/5/2022). [Istimewa]

SuaraMalang.id - Farah Ramadhani, mahasiswa S2 jurusan linguistik terapan, Universitas Monash Australia membagikan kisah lebaran pertama kali di luar negeri.

Suasana lebaran di sekitar indekosnya di daerah Clayton, 18 kilometer dari pusat kota Melbourne tidak terasa. Tidak ada takbir ataupun orang-orang yang bergegas untuk salat Idulfitri pada pagi harinya.

Namun, cewek kelahiran 1998 ini tetap ingin mencari euforia lebaran. Dia mendapat informasi bahwa di Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Melbourne menggelar salat id.

"Terus aku tuh Minggunya itu udah well-prepared lah untuk salat id. Karena kalau gak salat id nanti lebaran gak kerasa apa-apa di sini," kata dia dihubungi lewat sambungan telepon, Selasa (3/5/2022).

Baca Juga: WNI di Australia Rayakan Lebaran Pertama Usai Pandemi: Tanpa Ketakutan Lagi

Farah bangun setengah jam sebelum subuh waktu Melbourne. Dengan mata masih sembab dia menggunakan jaket putih dan dress bermotif bunga langsung bergegas menuju KJRI.

Perlu waktu satu jam setengah dari indekos alumnus mahasiswa Universitas Brawijaya itu ke KJRI. Dia pun harus memakai tiga transportasi publik menuju ke sana.

"Aku sebenarnya masih ngantuk. Tapi karena ini baru pertama kali lebaran di sini. Aku pingin kumpul dengan orang-orang Indonesia yang ada di sini sekaligus halal bi halal. Terus Melbourne juga indah ternyata waktu pagi subuh-subuh gini. Langitnya indah meskipun suhunya dingin sekitar 12 derajat celcius kemarin," tuturnya.

Sepanjang perjalanan menuju pusat Melbourne itu, Farah gunakan untuk beristirahat di dalam bus. Dia tidak bisa menghubungi sanak saudara atau orang tuanya. Sebab, waktu di Indonesia masih jam 02.00 pagi.

"Ya paling masih tidur semua. Aku buat tidur sambil duduk aja. Sambil mengabadikan momen di Melbourne," tuturnya.

Baca Juga: Umat Islam di China Lebaran Idul Fitri Selasa 3 Mei 2022, Masjid-masjid Masih Ditutup

Sesampainya di KJRI, suasana Lebaran mulai terasa. Terdengar sayup-sayup takbir berkumandang di sekitar KJRI.

Farah pun sampai di KJRI waktu pukul 07.00 pagi. Dia pun melihat jamaah sudah banyak yang datang dan menempati dalam gedung yang disulap sebagai tempat ibadah dengan sajadah dan mengenakan mukenah masing-masing.

"Jadinya aku di luar. Di tempat parkiran. Karena ya jauh juga sih dari daerah ku di Clayton satu jam setengah," ujarnya.

Setelah menggelar salat id, cewek asal Malang ini langsung halal bi halal dengan rekan sejawatnya yang sebagian besar adalah penerima beasiswa.

Ada makanan disiapkan setelah lebaran yang merupakan makanan khas kota asalnya, yakni bakso.

"Ya Allah alhamdulilah senang banget. Bisa kumpul dan merasakan lebaran vibes gini. Kemarin itu ya salam-salaman aku kenal orang banyak dan ada bakso. Berasa kayak di Malang tapi lebih dingin," tuturnya.

Setelah melakukan ramah tamah, Farah langsung pulang ke indekosnya. Senin (2/5/2022) beruntungnya tidak ada kelas di jadwal kuliahnya.

"Hari ini (Selasa (3/5/2022)) yang ada. Kemarin libur untungnya jadi bisa ngerasain libur juga. Beberapa teman ada yang masuk sesuai jadwalnya kalau aku emang jadwal regulernya libur atau gak ada kelas," ujarnya.

Dia pun harus memerlukan satu setengah jam lagi untuk ke pinggiran kota Melbourne itu. Sesampai di rumah, setengah jam setelahnya Farah mendapat pesan untuk open house di rumah kerabatnya. Untungnya rumah kerabatnya itu berada di daerah Clayton, dan jaraknya tak jauh dari indekosnya.

"Ya aku gas ke sana ke rumah temanku buat open house," kata dia.

Betapa senangnya Farah, sebagai anak indekos di perantauan, pulang open house dia mendapat opor ayam, sambal goreng kentang ati, dan nastar.

"Ya Allah senengnya. Di sana itu aku juga halal bi halal terus foto-foto. Dan pulangnya diberi ayam opor, sambal goreng ati ayam, dan juga nastar. Lengkap deh buat di kos-kosan. Buat hari ini makan juga bisa," tutupnya.

Kontributor : Bob Bimantara Leander

Load More