Scroll untuk membaca artikel
Abdul Aziz Mahrizal Ramadan
Jum'at, 08 April 2022 | 22:55 WIB
Banjir melanda Kota Malang, Jawa Timur, pada Jumat (8/4/2022). [Instagram]

SuaraMalang.id - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Malang menyatakan ada 18 titik banjir pada Jumat (8/4/2022). Belasan lokasi tersebut memang langganan banjir.

Kepala BPBD Kota Malang, Alie Mulyanto mengatakan, 18 titik banjir itu tersebar di tiga kecamatan, yakni Kecamatan Klojen, Blimbing, dan Lowokwaru.

"Kalau di Lowokwaru itu mulai Jalan Soekarno-Hatta, terus ada di Jalan Borobudur terusan Borobudur, kalau di Blimbing itu Jalan Kedawung, Jalan Letjen S. Parman dan Klojen itu di Jalan Letjen Soetoyo," kata dia, Jumat.

Sementara untuk 18 titik yang tergenang banjir itu, kata Alie, memang menjadi langganan banjir jika hujan deras.

Baca Juga: Kota Batu Terlanda Banjir dan Tanah Longsor, BPBD Sebut Nihil Korban Jiwa

"Tetap saja 18 titik itu yang memang sering banjir dan saat ini sudah berangsur surut genangan airnya," ujarnya.

Alie mengatakan hujan sebagai pemicu terjadinya banjir di Kota Malang. Namun faktor utama penyebab banjir adalah drainase dan alih fungsi lahan.

"Yang menjadi faktor (utama) itu karena fungsi drainase, terus tata guna lahan atau alih fungsi lahan dan fungsi sungai yang kian hari kian menyempit. Itu yang menyebabkan banjir," imbuhnya.

Sementara upaya yang dilakukan Pemkot Malang, kata Alie, adalah membangun sodetan air di daerah Jalan Soekarno-Hatta. Pembangunan sodetan itu saat ini sedang diajukan ke Pemprov Jatim.

Harapannya dengan sodetan yang dibangun itu mampu menampung air langsung ke sungai brantas.

Baca Juga: Pencuri Kotak Amal di Malang Pilih Menyerahkan Diri ke Polisi Gegara Aksinya Terekam CCTV dan Viral

"Jadi tidak meluber ke jalan. Kalau Soekarno-Hatta berkurang nanti genangan di titik-titik lainnya juga berkurang dan banjir teratasi," tutupnya

Sementara upaya yang bisa dilakukan Alie beserta Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang bersama Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPRPKP) Kota Malang adalah terus menggerakkan program GASS (Gerakan Angkat Sampah dan Sedimen).

"Kami saat ini terus berupaya mengangkat sampah dan sedimen di sungai saja. GASS terus kami galakkan untuk upaya yang saat ini bisa kami lakukan," tuturnya.

Sementara itu, kata Alie, untuk derasnya arus Sungai Brantas di Kota Malang memang terjadi saat hujan tadi.

"Ya itu karena hujan di Malang Raya dari Batu sampai Kabupaten Malang hujan deras dan volume sungai tadi memang meningkat," ujarnya.

Alie hingga kini belum mendapat laporan terkait korban jiwa atau kerusakan akibat banjir dan juga derasnya arus sungai di Kota Malang.

"Belum kalau itu," tutupnya.

Sementara itu, banjir di Kota Malang hari ini menggenang hingga sekitar pukul 18.30. Banjir tersebut terletak di Jalan Letjen S. Parman Kecamatan Blimbing Kota Malang.

Hal itu disampaikan salah satu juru parkir sebuah warung kopi di Jalan Letjen S. Parman, Roby (47).

Roby menceritakan, di jalan Letjen S. Parman itu sudah banjir sejak pukul 16.00 tadi. Banjir tersebut terjadi sepanjang kurang lebih 300 meter di jalan Letjen S. Parman.

"Tadi saya datang ke sini pukul 15.00-an. Terus hujan 15.30 dan deras hujannya. Ketika setengah jaman air itu mulai naik ke jalan," ujarnya ditemui di lokasi.

Roby menceritakan, air yang menggenang hingga ke jalan itu diakibatkan saluran air yang berada di Jalan Letjen S. Parman tidak bisa menampung air.

"Lah itu langsung bancar mas keluarnya dan meluber ke jalan. Terus banjir," ujarnya.

Banjir waktu itu yang parah terjadi di Jalan Letjen S. Parman arah selatan ke utara. Banjir dari arah tersebut setinggj paha orang dewasa.

Sementara dari arah utara ke selatan, banjir hanya setinggi mata kaki.

Keadaan waktu itu, kendaraan yang melaju dari arah selatan ke utara tidak mengambil sisi kiri jalan.

Sejumlah kendaraan melaju di sisi kanan jalan dan membuat kemacetan di genangan air tersebut.

"Karena takut kebawa arus terus jeglong ke saluran air. Jadi tadi itu hanya jalan ke sisi kanan semua dan macet tadi mas," ujarnya.

Dia pun menjelaskan, selama banjir terjadi setidaknya ada delapan kendaraan kurang lebih yang mogok.

"Tapi tadi langsung dibawa ke jalan yang gak banjir. Didorong bareng-bareng dan bisa semua akhirnya gak mogok lagi," tuturnya.

Banjir setinggi paha itu pun mulai berangsur-angsur surut hingga se-mata kaki orang dewasa sejak pukul 18.30.

"Pas 18.30 atau habis buka lah sekitar segitu sudah berkurang tingginya. Sak mene ku mas (se mata kaki saya) tingginya. Dan terawih itu wes gak ada," tuturnya.

Kontributor : Bob Bimantara Leander

Load More