Keinginan itu berupa kesetaraan bagi semua manusia. Dijelaskan Moensif, di agama Hindu terdapat empat strata atau tingkatan dan membedakan setiao manusia.
"Lah di Islam ini warga sekitar merasa lebih dihargai sebagai orang. Akhirnya banyak yang mengaji dan salat digubuk itu dan masuk Islam," ujarnya.
Seiring dengan perkembangannya waktu dan santri, gubuk itu pun dibuat bangunan semi permanen.
Empat kayu yang hingga kini ada itu dijadikan tiang penyangga genteng masjid oleh Hamimuddin. Pembangunan masjid sederhana itu, kata Moenif, dilakukan pada tahun yang tidak tahu pastinya.
"Dulu itu langsung dijadikan masjid dengan bangunan semi permanen. Ada genteng, bata. Karena genteng pasti ada penyangga dan kayu itu dijadikan tiang penyangga. Dan kayu itu bertahan sampai saat ini dengan dilapisi ukiran kayu jati sebagai sisa peninggalan sejarah," tutur dia.
Sementara itu dengan banyaknya santri yang ada, Kyai Hamimuddin akhirnta juga membangun gubuk-gubuk bagi santri untuk bermukim.
Saat ini gubuk-gubuk itu pun menjadi Pondok Pesantren tertua bernama Miftahul Falah.
"Karena tujuannya gubuk-gubuk itu awalnya buat santri supaya tidak ketinggalan salat lima waktu dan mengaji akhirnya tinggal di sana dan sekarang jadi pondok pesantren," tuturnya
Makam Tanpa Nama
Baca Juga: Sejarah Masjid Jogokariyan: Muncul di Sarang Komunis Kini Jadi Tempat Rekonsiliasi Eks PKI
Siang ini azan Zuhur berkumandang dengan lantang. Sejumlah warga sekitar mulai memasuki masjid itu satu per satu.
Suasana khusyuk pun terjadi di dua shaf untuk salat Zuhur berjamaah.
Penasihat Masjid Bungkuk, H. Moensif menjelaskan, masjid itu bisa memuat hingga 600 jamaah.
Saat ini bangunan masjid tersebut dirombak total. Hanya menyisahkan empat kayu sebagai peninggalan saja.
"Direnovasi pada 13 atau 14 tahun lalu. Kenapa direnovasi karena jamaah semakin banyak kalau salat Jumat itu sampai ke luar masjid. Maka dari itu diperbesar hingga dua lantai seperti sekarang," ujarnya.
Pada saat renovasi itu, Moensif mengatakan, ternyata di bawah empat tiang kayu itu terdapat batu gilang untuk memperkuat empat tiang candi.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Kronologi Kecelakaan Maut Toyota Hiace vs Truk di Tol Malang-Pandaan, 2 Orang Tewas dan 10 Luka!
-
Viral Kisah Guru Mengajar Satu Murid di SD Malang, Netizen Terenyuh: Sama-sama Hebat!
-
Libur Natal 2025, Penumpang Bandara Abdulrachman Saleh Malang Diprediksi Melonjak hingga 20 Persen
-
2 Ibu-ibu di Malang Tertimpa Pohon Beringin Tumbang Saat Cuci Baju, Seorang Tewas
-
Banjir Malang Dipicu Endapan Sampah hingga Bozem Meluap, Ini Penjelasan Wali Kota