Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Selasa, 28 Desember 2021 | 17:56 WIB
Pasangan pengamen keroncong di Kota Batu Jawa Timur [SuaraMalang/Bob Bimantara]

Bu Im bercerita awal mulanya dia adalah penyanyi dangdut. Sudah sejak kelas dua SD dia sudah dari panggung ke panggung di Jember tempat kelahirannya.

Dia menjadi penyanyi dangdut hingga berumur 30-an awal.

Waktu itu dia merasa sudah tidak pantas dirinya yang berumur untuk menyanyikan lagu dangdut.

"Kan harus energetik. Dan saya waktu itu sudah tua kayak ndak pantas akhirnya saya banting setir ke Keroncong," paparnya.

Baca Juga: Viral Ibu-ibu Pengamen Keroncong yang Dicari Addie MS Ternyata Orang Malang

Dalam perpindahan genre musik itu, Bu Im mengakui ada tantangan. Dia harus belajar lagi. Dia harus mendengarkan musik-musik keroncong dari musisi seperti Soendari Soekoco, Waldjinah, dan Gesang.

"Saya otodidak. Dengarkan itu semua. Ya ada tantangannya harus panjang nafasnya dan dimerdu-merdukan begitu. Saya belajar juga ke musisi di Surabaya dulu," tutur dia.

Sementara itu, Eno menuturkan hal yang sama. Awal menjadi musisi dia juga mengawalinya sebagai pengiring orkes dangdut.

"Tapi pas umur 25 itu saya berhenti. Dan buka jasa pijat. Tapi karena rasa seninya tinggi paling ya jadi musisi lagi dan pindah ke keroncong," ujarnya.

Alasan perpindahannya sendiri, dari musisi dangdut ke keroncong dikarenakan dia memang suka nada-nada dan ketukan keroncong.

Baca Juga: Hati-hati! Beredar Info Lowongan Palsu Tenaga Vaksinator di Puskesmas Kota Batu

"Saya kan sebagai pekerja seni harus luas. Jadi saya merambah semua musik dan saya suka keroncong ini karena ketukannya dan iramanya," tutur dia.

Load More