SuaraMalang.id - Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menyoroti kasus penyebaran Covid-19 di Indonesia. Siti menilai ada keanehan, terutama cara penanganan yang diambil pemerintah dalam mengatasi pandemi Virus Corona tersebut.
Dijelaskannya, virus Corona bisa menyebar karena direkayasa alias buatan dan juga secara alami. Jika penyebaran virus terjadi secara alami, maka kejadiannya tak seperti ledakan kasus Covid-19 di beberapa negara seperti saat ini.
Ia menilai ada yang tak beres dari kasus ledakan Covid-19.
“Kalau natural, mestinya perjalanannya tidak seperti itu. Ini loh yang akhir-akhir ini, India, Indonesia, Singapura, nah itu rada aneh,” kata Siti di akun YouTube Karni Ilyas Club mengutip dari Suara.com, Senin (9/8/2021).
Meski demikian, Ia juga belum tahu dan belum bisa membuktikan virus corona adalah rekayasa. Maka perlu ada penelitian mendalam untuk memastikan karakter Corona, apakah benar dugaan buatan atau tidak. Apalagi, menurutnya, Indonesia terdapat sejumlah peneliti yang bisa membongkar hal itu.
Siti mendorong Indonesia untuk mengerahkan peneliti-penelitinya untuk mendalami atau eksplorasi karakter virus Corona yang beredar di Indonesia.
Siti menjelaskan Indonesia memiliki sejumlah ahli yang bisa meneliti virus corona. Ia mengatakan keterlaluan virus yang memicu ledakan kasus Covid-19 di sejumlah negara itu sama. Kira-kira sama nggak sih karakter virus Covid-19 yang ada di Singapura, Amerika Serikat.
“Kalau sama ya kebangetan. Wong dunia segini lebarnya, hawanya berbeda, lah kok bisa agak sama. Dan mestinya kita manfaatkan itu virolog-virolog Eijkman, untuk mengeksplorasi virus pada waktu meledak itu berkarakter seperti apa, dari mana dia datang, ke mana dia pergi,” saran Siti.
Menurutnya hal ini penting, supaya jelas, Covid-19 yang beredar di Indonesia ini apakah beda atau tidak karakternya dengan yang ada di luar Indonesia.
Baca Juga: Ilmuwan Ungkap Kemungkinan Munculnya Mutasi Covid-19 Mematikan pada Hewan
Siti Fadilah menilai kebijakan pembatasan aktivitas yang berganti-ganti dari PSSB sampai kini PPKM, cuma bisa menekan kerumunan masyarakat saja. Kebijakan tersebut sudah tepat untuk batasi kontak antarmanusia.
Tapi dia heran lagi, kenapa PSBB dan PPKM dianggap sukses menekan kerumunan kok kasus Covid-19 masih saja tingi ya. Dari situ, Siti berkesimpulan PSBB sampai PPKM bukan jalan keluar atau solusi untuk menghilangkan ledakan kasus Covid-19.
“Sejak Maret 2020, sudah berapa kali lockdown, PSBB, PPKM, mikro, PPKM darurat. Tujuan cuma satu hilangkan kerumunan,” kata Siti.
Dalam keterangannya di kanal tersebut, Siti memuji Presiden Jokowi yang tidak mengambil langkah lockdown sebenarnya seperti yang dilakukan di luar negeri yakni menutup atau menghentikan semua aktivitas masyarakat. Menurutnya PSBB atau PPKM, adalah upaya lockdown tapi sesuai dengan karakter masyarakat Indonesia.
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Marcos Santos Geram! Salahkan Wasit Usai Arema FC Dibungkam Borneo FC
-
Akhir Pekan Banjir Rejeki, 5 Link ShopeePay Gratis Ini Bisa Cairkan Rp2,5 Juta!
-
BRI Dorong Desa BRILiaN Jadi Pusat Pertumbuhan Ekonomi Baru Indonesia
-
DANA Kaget SPESIAL Untuk Beli Makan Siang Menantimu, Siapa Cepat Dia Dapat
-
KUR BRI 2025: Rp130 Triliun Disalurkan, Fokus Sektor Produksi dan Pertanian