Scroll untuk membaca artikel
Abdul Aziz Mahrizal Ramadan
Kamis, 17 Juni 2021 | 13:34 WIB
Konferensi pers Komnas PA bersama korban kasus dugaan kekerasan seksual di SMA Selamat Pagi Indonesia (SPI) Kota Batu Jawa Timur. [Foto: tangkapan layar YouTube Komnas TV Anak]

SuaraMalang.id - Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) menghadirkan dua perwakilan korban kekerasan seksual yang diduga dilakukan JE, founder SMA Selamat Pagi Indonesia (SPI) Kota Batu, Jawa Timur. Kedua korban memberikan kesaksian atas apa yang mereka alami saat mengenyam pendidikan gratis di SMA SPI.

Dalam video unggahan Komnas TV Anak berjudul “Kesaksian Korban SPI di Komnas Anak... Meminta Atensi dari Kapolri untuk Usut Tuntas”, kedua korban terlihat ditemani oleh Ketua Komnas PA, Arist Merdeka Sirait.

Dalam video tersebut, korban mengaku telah mengalami kekerasan seksual sejak 2009. Saat peristiwa memilukan itu terjadi, dia masih menjadi siswa SMA SPI.

“Saya ingin bersuara, karena selama ini saya menderita dan itu sungguh nyata. Pengalaman sudah saya alami semenjak sekolah. Sejak 2009 saya pernah mengalami perlakuan (tidak menyenangkan) dari JE,” ujar salah satu korban.

Baca Juga: Kuasa Hukum SMA SPI Siapkan Bukti-bukti Bantah Tuduhan Kekerasan Seksual dan Eksploitasi

Dia menceritakan, modus pendekatan awal yang dilakukan JE adalah dengan memanggil satu persatu siswa. Mereka kemudian diajak diskusi, diberi motivasi dan diberi janji. JE juga menanyakan keadaan orang tua dan bersedia untuk membantu.

"Kamu nanti bisa jadi salah satu pemimpin besar di tempat ini. Karena Koko lihat kamu punya bakat kepemimpinan yang bagus. Koko akan kembangkan dan mendidik kamu," ujarnya menirukan JE.

Dia mengaku, saat itu dirinya tidak mengerti apapun. Menurutnya, JE merupakan mentor yang dikagumi, bahkan dia sangat mengidolakan orang seperti JE ini.

“Tapi lama kelamaan saya gak ngerti, tiba -tiba mulai cium kening, pipi kanan kiri. Dari situ saya mulai agak kaget, kemudian dia memeluk saya dan mengatakan saya bersama kamu, saya sayang sama kamu, dan itu dikatakan berulang kali," bebernya.

Dia juga mengaku mendapat iming-iming akan diberikan tanah hingga saham oleh JE.

Baca Juga: Komnas PA Beri Informasi Tambahan Kasus Dugaan Kekerasan Seksual SMA SPI ke Polda Jatim

“Sering iming-iming untuk dikasih tanah, nanti kamu akan bisa dapat saham, bisa jadi pimpinan tinggi di tempat itu. Bisa menikmati apa yang dia nikmati hari ini, kemewahan, dan lain-lain,” terangnya.

Hal itu pun membuat dirinya trauma. Dia juga kerap mendapat cerita dari adik-adik tingkatnya yang juga mengalami hal serupa. Dia pun meminta agar kasus ini bisa mendapat atensi dari Kapolri dan mengawal kasus ini ke ranah hukum.

“Diadili seadil -adilnya, karena jujur dari harapan saya hal ini sudah berhenti dan tidak ada pengulangan lagi kepada adik-adik saya,” harapnya.

Dia menjelaskan, dirinya dan korban-korban lain tidak ada niatan untuk membuat sekolah berhenti.

“Kami ingin sekolah tetap berjalan, karena konsep pendidikannya bagus. Fokus kepada pelaku kejahatan seksual yang belum terungkap sampai hari ini. Korban dan saksi dapat mendapat perlindungan,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Komnas PA, Arist Merdeka Sirait menjelaskan, pihaknya telah mengirim empat nama pengelola SMA SPI ke Polda Jatim yang diduga mendapat aduan korban tapi tidak mengambil keputusan atas tindakan JE.

"Sebelum peristiwa itu dilaporkan ke Polda Jatim, korban sudah menyampaikan kepada 4 pengelola SPI itu. Mereka dimintai bantuan perlindungan tapi tidak dilakukan. Dari 4 pengelola ini, 2 diantaranya sudah diperiksa," ujarnya.

Dia berharap, Kapolri bisa memberikan atensi terhadap proses penyidikan yang dilakukan oleh Polda Jatim.

Saat ini, total ada 14 orang yang sudah diperiksa BAP, visum, dan melapor secara resmi di Polda Jatim.

Kontributor: Fisca Tanjung

Load More