Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Senin, 07 Juni 2021 | 17:11 WIB
Aparat penegak hukum TNI/Polri dari Satgas Nemangkawi melakukan olah tempat kejadian perkara dan melihat langsung kondisi bangunan 'honai' (rumah adat di pegunungan) milik salah satu kepala suku dan tiga rumah guru di Dambet yang menjadi korban pembakaran KKB. ANTARA Papua/HO-Satgas Humas Nemangkawi

SuaraMalang.id - Senjata Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua disebut-sebut sangat canggih meskipun mereka tinggal di hutan. Asal senjata diduga dari senjata rakitan di Lumajang Jawa Timur.

Kemudian, senjata juga disebut-sebut dikirim dari Filipina dan Papua Nugini. Selain itu, ada juga peran pemodal atau donatur sebagai suplier senjata ke para KKB Papua tersebut. Lalu siapa donatur tesebut?

Dikutip dari hops.id, jejaring media suara.com, ada peran pemodal yang diketahui beberapa waktu lalu tertangkap basah penyuplai senjata KKB Papua. Tak lain dia adalah Paniel Kogoya (41), sosok yang disebut jadi tokoh pemasok senjata api yang memberikan modal uang untuk membeli senjata api.

Paniel Kogoya diketahui menghabiskan dana Rp 1,1 miliar untuk membeli empat pucuk senjata api. Ia merupakan penyandang dana untuk operasi KKB di Papua. Sumber uang Paniel Kogoya dari Ges Gwijangge, anggota KKB Papua pimpinan Egianus Kogoya.

Baca Juga: 2 Negara Ini Suplai Senjata KKB Papua, Pantas Canggih Meskipun Tinggal di Hutan

"Dana tersebut berasal dari perampasan, perampokan serta pemerasan kepada kepala suku maupun dana desa di tiap desa yang dipaksa menyetor Rp 1 miliar per desa atau kampung," kata Kasatgas Humas Nemangkawi Kombes Iqbal Alqudusy.

Selain itu, persoalan lain, aktivitas penyergapan yang dilakukan oleh aparat gabungan TNI dan Polri terhadap Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua seolah tak juga kunjung menyelesaikan persoalan. Sebab kasus kekerasan tetap saja terjadi.

Ternyata, KKB di Papua memanfaatkan anak-anak sekolah untuk membocorkan rahasia Polisi, mulai dari strategi, lokasi penyimpanan senjata, hingga posisi jaga aparat.

Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Kabaintelkam Polri Komjen Paulus Waterpauw. Dia menjelaskan bahwa pihaknya untuk saat ini sudah menghentikan program pembimbingan terhadap Tenaga Bantuan Operasi (TBO).

Adapun penyebabnya, pihak aparat menemukan ada seorang remaja yang cukup mencurigakan. Kemudian pihaknya pun menulusuri lebih lanjut terkait aktivitas remaja yang merupakan salah satu siswa di sekolah Papua tersebut.

Baca Juga: Alasan Arema FC Tunjuk Crazy Rich Malang Sebagai Presiden Klub

Usut punya usut, pihak kepolisian berhasil mengungkapkan kecurigaan tersebut, ternyata remaja itu ialah seroang informan yang membocorkan terkait rahasia Polri kepada gerakan KKB di Papua.

Padahal, kata Paulus, remaja itu merupakan salah satu dari anak-anak Papua yang diajar oleh aparat kepolisian di kantor polisi.

Terkait proses belajar mengajar dilakukan di kantor polisi, hal itu karena banyak guru yang mengaku takut bahwa siswa remaja yang diajarnya merupakan salah satu dari komplotan KKB Papua.

"Karena banyak guru yang ketakutan, jadi banyak anak yang diajar oleh aparat kepolisian dan memang ada beberapa komplain dari beberapa pihak, anak muda usia segini kenapa dianggap sebagai bagian dari kelompok itu," ungkapnya dalam acara diskusi bertajuk Kebangsaan Lintas Generasi Papua, dikutip Hops dari Liputan6 pada Rabu, 2 Juni 2021.

Load More