Scroll untuk membaca artikel
Abdul Aziz Mahrizal Ramadan
Rabu, 23 Desember 2020 | 13:47 WIB
PHRI Kota Batu Minta Program Dinner Libur Nataru Tetap Ada

SuaraMalang.id - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Batu bakal menemui Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko. Lantaran dibuat rancu tentang aturan aktivitas selama libur natal dan tahun baru, khususnya tentang gala dinner alias makan malam.

Ketua PHRI Kota Batu Sujud Hariadi mengatakan, pihak sedang merencakan agenda pertemuan dengan Wali Kota Dewanti dan pihak Dinas Pariwisata Kota Batu. Terutama membahas tentang Surat Edaran (SE) Walikota Batu Nomor: 003/3803/422.011/2020 tentang Pelaksanaan Kegiatan Masyarakat Selama Libur Natal Tahun 2020 dan Libur Menyambut Tahun Baru 2021 dalam Tatanan Adaptasi Kebiasaan Baru Produktif dan Aman Covid-19.

Dalam surat tersebut, diatur agar pelaku usaha wisata, mulai perhotelan hingga restoran, agar tidak menggelar gala dinner. Namun, menurutnya, perlu ada komunikasi lanjutan tentang aturan tersebut.

“Biar kita paham batasan dinner dan gala dinner, kalau gala dinner biasanya ada hiburan, dansa, dan sebagainya. Namun program semua hotel malam tahun baru pasti ada dinner, satu paket,” kata Sujud, Rabu (23/12/2020).

Ia melanjutkan, jika hotel dan usaha sejenisnya meniadakan dinner, justru akan berbahaya. Lantaran tamu hotel atau wisatawan akan keluar mencari makan tanpa bisa dikontrol penerapan protokol kesehatannya.

“Mereka keluar kumpul cari makan, justru menimbulkan kerumunan, kalau makan di hotel kan bisa dikontrol prokesnya, mulai pembatasan ruang dan memakai masker,” jelasnya.

Menanggapi poin aturan lain dalam SE Walikota Batu, PHRI tak ada masalah. Tentang wisatawan wajib membawa surat hasil rapid test misalnya. Pihaknya telah menerapkan aturan tersebut dengan baik.

“Soal rapid tes tidak ada kendala, mayoritas tamu dari luar daerah selalu membawa hasil rapid,” katanya.

Terkait jumlah kunjungan atau okupansi, PHRI Kota Batu juga tak berekspektasi tinggi. Lantaran sejak pandemi Covid-19 merebak, tingkat kunjungan wisata memang merosot drastis.

“Masih di bawah 50 persen, antara 30 – 40 persen (tingkat okupansi). Memang sulit Mas, daya beli masyarakat turun, kita tidak bisa berharap tinggi seperti tahun –tahun sebelumnya. Sampai 50 persen saja sudah bagus,” ujarnya.

Load More